Seperti diketahui, ketakutan semakin berkembang jika Korut terus mengembangkan senjata nuklir yang bertentangan dengan hukum internasional. Kondisi ini juga yang membuat “tingkat ketegangan yang berbeda” dengan Amerika Serikat (AS).
Foto pengawasan dari satelit mata-mata Maxar menunjukkan terowongan rahasia di sebuah fasilitas di Yongdoktong.
“Kami mengawasi ini. Dan sangat memprihatinkan ke mana Korut ingin pergi,” ujar Kepala intelijen untuk komando Indo-Pasifik AS, Laksamana Muda Michael Studeman setelah melihat foto-foto itu.
Pekan lalu, Rafael Mariano Grossi dari PBB mengatakan ada bukti jika laboratorium radiokimia di Yongbyon digunakan untuk memproses ulang plutonium untuk bom nuklir.
Grossi menggambarkan kelanjutan aktivitas nuklir sebagai pelanggaran sanksi PBB yang jelas dan "sangat disesalkan".
Pada Januari lalu, Kim Jong-Un mengisyaratkan rencana untuk mengembangkan senjata nuklir baru dan menggambarkan AS sebagai "musuh terbesar" Korut.
Citra satelit mata-mata baru semakin menambah kecurigaan jika diktator Korut Kim Jong-Un mempercepat program Pyongyang untuk mengembangkan hulu ledak nuklir yang cukup kecil untuk dikirimkan oleh generasi misilnya saat ini.
AS, Inggris, Kanada, Australia, Selandia Baru, Korea Selatan (Korsel), Jepang, dan Prancis telah menerapkan aspek maritim resolusi PBB terhadap Korut sejak Januari 2018.
Negara-negara tersebut telah mengawasi pengiriman antar kapal di laut seperti minyak, batu bara, besi yang melewati batasan yang diberlakukan oleh PBB.
(Susi Susanti)