Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Kisah Bocah 12 tahun yang Diculik, Dirantai, dan Dipaksa Menikah dengan Penculiknya

Agregasi BBC Indonesia , Jurnalis-Kamis, 11 Maret 2021 |05:49 WIB
Kisah Bocah 12 tahun yang Diculik, Dirantai, dan Dipaksa Menikah dengan Penculiknya
Farah akhirnya bisa kembali ke pelukan sang ayah (Foto: BBC)
A
A
A

PAKISTAN - Farah, anak perempuan berusia 12 tahun yang beragama Kristen, mengaku telah dibawa paksa dari rumahnya di Pakistan musim panas lalu. Dia dirantai, dipaksa untuk memeluk agama Islam, dan menikah dengan penculiknya. Nasib yang sama juga diperkirakan menimpa ratusan anak dan perempuan muda Kristen, Hindu dan Sikh di negara itu setiap tahunnya.

Pada 25 Juni, Farah berada di rumahnya di Faisalabad, kota terpadat ketiga di Pakistan. Saat itu, ia bersama dengan kakek, tiga saudara laki-laki dan dua saudara perempuan. Tiba-tiba terdengar ketukan pintu rumah. Farah masih ingat, saat itu kakeknya hendak membukakan pintu.

Tapi, tiga pria langsung mendobrak pintu, menarik Farah dan memaksanya untuk masuk ke dalam mobil van yang sudah terparkir di luar rumah.

Mereka memperingatkan keluarga itu, jika mencoba untuk mengambil Farah kembali, "Mereka akan membuat kami menyesal" kata Asif, ayah Farah yang saat itu sedang bekerja di luar rumah.

Asif pergi ke kantor polisi terdekat dan melaporkan kasus kejahatan ini - bahkan ia memberikan salah satu nama penculik itu, yang dikenali oleh kakek Farah. Tapi dia mengatakan petugas kepolisian tidak menunjukkan minat untuk menolong.

"Mereka sangat tidak koperatif, dan menolak laporan kejahatan ini. Bukan hanya itu, mereka juga mendorong saya dan melecehkan saya secara verbal,” terangnya.

Setelah pengaduan ini dilakukan berkali-kali, tiga bulan kemudian kasus ini akhirnya masuk ke dalam daftar laporan kepolisian. Namun petugas kepolisian tidak mengambil tindakan.

(Baca juga: China dan Rusia Umumkan Rencana Pembangunan Stasiun Luar Angkasa di Bulan)

Selama ini, Farah, yang dibawa sejauh 70 mil (110 kilometer) ke sebuah rumah dekat kota Hafizabad, mengatakan ia telah diperkosa, disekap, dan diperlakukan seperti seorang budak.

"Saya dirantai sepanjang hari, dan diperintahkan untuk membersihkan rumah penculik, serta merawat hewan peliharaan di halaman luar. Itu mengerikan," katanya.

"Mereka memasang rantai di pergelangan kaki saya, dan mengikat saya dengan tali. Saya berusaha untuk memotong tali itu, dan melepaskan rantainya, tapi saya tak kuasa melakukannya. Saya berdoa setiap malam, 'Tuhan tolong lah saya,” ujarnya.

Asif, yang sangat khawatir dengan putrinya, mencari bantuan dari gereja lokal, yang kemudian memberikan bantuan hukum kepada keluarganya.

Setelah lima bulan melakukan lobi agar para penculik ditangkap dan Farah dibebaskan, polisi baru mengambil tindakan pada awal Desember.

(Baca juga: AS Berkomitmen Dukung Respons Vaksin COVID-19 di Indonesia Melalui Inisiatif COVAX)

"Empat petugas polisi datang ke rumah penculik itu, dan memberitahu orang-orang di sana, bahwa pengadilan telah memerintahkan agar saya ikut dengan mereka ke kantor polisi," cerita Farah.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement