Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Ratusan Pelayat Tumpah di Jalan, Keluarga Gelar Pemakaman Korban Demonstrasi Anti-Kudeta Militer

Susi Susanti , Jurnalis-Rabu, 17 Maret 2021 |08:06 WIB
Ratusan Pelayat Tumpah di Jalan, Keluarga Gelar Pemakaman Korban Demonstrasi Anti-Kudeta Militer
Keluarga gelar pemakaman korban demonstrasi anti-kudeta militer (Foto: Reuters)
A
A
A

YANGON - Keluarga dari puluhan orang yang tewas dalam demonstrasi menentang kekuasaan militer di Myanmar menggelar pemakaman untuk orang yang mereka cintai pada Selasa (16/3).

Seorang pelayat di salah satu upacara pemakaman mengatakan pada Selasa (16/3), sebuah krematorium di Yangon melaporkan 31 pemakaman.

Ratusan pelayat muda tumpah ke jalan di pemakaman mahasiswa kedokteran Khant Nyar Hein yang terbunuh di Yangon pada Minggu (14/3), hari paling berdarah di protes itu.

"Biarkan mereka membunuh saya sekarang, biarkan mereka membunuh saya daripada anak saya karena saya tidak tahan lagi," kata ibu siswa itu dalam klip video yang diposting di Facebook.

Para pelayat meneriakkan: "Revolusi kita harus menang."

Beberapa keluarga mengatakan kepada media bahwa pasukan keamanan telah menyita mayat orang yang mereka cintai tetapi mereka masih akan mengadakan pemakaman.

(Baca juga: Hentikan Pensil Menggelinding di Meja, TV Rusia Puji Fisik Bugar Putin)

Pasukan keamanan menembak mati sedikitnya 20 orang pada Senin (15/3) setelah 74 orang tewas sehari sebelumnya. Menurut kelompok advokasi Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP), korban tewas ini termasuk banyak di pinggiran Yangon tempat pabrik-pabrik yang didanai China yang dibakar.

AAPP mengatakan sedikitnya 184 orang telah tewas oleh pasukan keamanan dalam aksi protes selama berminggu-minggu. Jumlah korban meningkat pada Selasa (16/3) ketika seorang pengunjuk rasa ditembak mati di pusat kota Kawlin.

Outlet media Dawei Watch melaporkan orang-orang mengangkat foto Suu Kyi dan menyerukan diakhirinya penindasan selama protes kecil di kota selatan Dawei pada Selasa (16/3). Tidak ada laporan kekerasan.

(Baca juga: Dicekoki Miras, Bocah 14 Tahun Diperkosa 4 Orang Migran di Penampungan Pengungsi)

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres terkejut dengan meningkatnya kekerasan di tangan militer dan meminta komunitas internasional untuk membantu mengakhiri penindasan.

Seorang juru bicara junta tidak menjawab panggilan telepon untuk meminta komentar dan Reuters tidak dapat secara independen mengkonfirmasi semua korban.

Sementara itu, Badan pangan PBB memperingatkan Krisis politik dan ekonomi atas penggulingan 1 Februari dari pemerintah terpilih yang dipimpin oleh Aung San Suu Kyi bisa segera berarti kelaparan bagi orang miskin yang menghadapi kenaikan harga pangan dan bahan bakar di seluruh negeri.

(Susi Susanti)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement