MADIUN - Ada yang unik di Pasar Pundensasi yang ada di Desa Gunungsari, Kecamatan Madiun, Kabupaten Madiun. Di mana prosesi menyanyikan lagu Indonesia Raya dan pembacaan Pancasila di lakukan setiap hari, biasanya lagi dikumandangkan sebelum kegiatan transaksi jual beli di pasar kuliner jadul itu dimulai.
Seperti pantauan di Pasar Pundensari, Minggu 11 April 2021, puluhan pedagang dan pengunjung pasar berdiri kemudian menyanyikan lagu Indonesia Raya dan kemudian membacakan Pancasila. Pedagang dan pengunjung pasar terlihat khidmat saat menyanyikan lagu kebangsaan tersebut.
Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Gunungsari, Bernadi Sabit Dangin, mengatakan sebelum kegiatan transaksi penjualan di Pasar Pundensari dibuka, terlebih dahulu menyanyikan lagu Indonesia Raya dan membacakan Pancasila. Ini bertujuan untuk membangkitkan rasa nasionalisme warga yang berkunjung di pasar tersebut.
“Prosesi ini sudah lama dilakukan oleh pengunjung dan pedagang. Bahkan sempat ada yang menangis saat menyanyikan lagu kebangsaan ini,” ujar dia.
Setelah menyanyikan lagu Indonesia Raya ini, baru para pedagang dan pengunjung bisa melakukan transaksi jual beli. Di pasar wisata Desa Gunungsari ini, transaksi jual beli dilakukan dengan menggunakan duit pering. Transaksi tidak diperkenankan menggunakan uang tunai rupiah.
“Kalau mau beli di pasar ini harus menggunakan duit pering. Kami sudah sediakan loket untuk penukaran uang rupiah dengan duit pering. Besarannya dari mulai Rp2.000, Rp5.000, Rp10.000, dan Rp20.000,” ujar Bernad.
Kuliner Pasar
Kuliner yang dijual di Pasar Pundensari ini sebagian besar makanan tradisional, seperti sego brokohan, satai tahu, es gempol, jajanan pasar, nasi pecel, es dawet, dan lainnya. Di pasar wisata ini, pengelola juga menyediakan tempat duduk dan meja untuk makan di tempat.
Baca Juga :Â Catat! Ini Aturan Ketat saat Salat Tarawih di Surabaya
Pasar ini sengaja tidak menggunakan plastik sekali pakai, lanjut Bernad, ini untuk mengedukasi masyarakat terhadap penggunaan plastik sekali pakai. Ini menjadi langkah kecil untuk mengubah perilaku masyarakat yang sangat tergantung pada penggunaan plastik sekali pakai.
“Di sini sama sekali tidak boleh pakai plastik sekali pakai dan sedotan,” ujar dia.