Evan Laksmana dari Centre for Strategic and International Studies di Jakarta mengatakan bahwa 'skenario terbaik' adalah 'membentuk suatu gugus tugas untuk mendukung dan memfasilitasi proses tersebut.'
Sedangkan 'skenario terburuk', menurutnya, adalah "memberikan legitimasi kepada rezim yang melakukan kudeta dengan mengundang Jenderal Senior untuk datang namun tidak mendapatkan komitmen yang bisa dijalankan demi mengakhiri kekerasan dan memulai kembali dialog."
Bagi Indonesia dan pemerintah lainnya yang menginginkan proses rekonsiliasi dimotori ASEAN di Myanmar, pembicaraan KTT nanti akan krusial. Menurut seorang diplomat utama dari suatu negara ASEAN, "Kami hanya berharap ASEAN bisa menjadikan KTT ini bukan sebagai undangan bagi kepala pemerintah, namun sebagai semacam panggilan."
Dalam kata lain, pengaturan foto bersama antar-pemimpin memang penting, tapi penting juga mengupayakan kesepakatan di atas kertas. Diplomat itu yakin Jenderal Min Aung Hlaing akan sangat sedikit setuju.
"Beliau akan menyampaikan pidato, menguraikan jadwalnya, menawarkan visa kunjungan yang diatur" dan berharap bisa menghindari tindakan lebih lanjut.
ASEAN selama ini bangga akan kemampuannya untuk membujuk ketimbang memaksa, namun kemampuan itu jadi sangat lemah bila organisasi itu tidak kompak.
Membujuk sembilan Negara anggota lain untuk mengambil sikap yang solid akan sama menantangnya dengan membujuk junta Myanmar untuk meredakan krisis.
(Susi Susanti)