Rangkaian aksi itu mampu mempidana beberapa pelaku perdagangan manusia. Namun, gabungan kekuasaan, uang, dan kebutuhan sulit diberantas. Sebagian besar pelaku bisa lolos dengan membayar denda.
Medha dan Hari memutuskan bahwa cara terbaik menolong anak yatim piatu adalah dengan mendanai pendidikan mereka melalui organisasi pelindung anak, seperti lembaga yang diketuai Dhananjay Tingal.
Gerakan 'Project Chhaaya' telah menggalang dana sebanyak dua juta rupee India (sekitar Rp395 juta) secara daring.
"Kami telah menerima begitu banyak kebaikan dari orang-orang. Contohnya seorang ibu menyumbang dalam jumlah besar karena putranya sendirian di rumah sementara dia dan suaminya memerangi Covid di rumah sakit," kata Tingal.
Panti asuhan terkadang bukan opsi pertama bagi anak-anak yang kehilangan orang tua mereka.
Varun Pathak, selaku ketua Komite Kesejahteraan Anak Delhi, mengatakan pilihan pertama bagi anak yatim piatu adalah diasuh oleh keluarga besarnya.
"Hanya pada kasus-kasus yang struktur keluarganya sudah benar-benar runtuh, kami mempertimbangkan untuk menempatkan anak di panti asuhan, atau dalam kasus anak yang masih belia diadopsi melalui Lembaga Adopsi Pusat," jelas Pathak.
Menurut Pathak, dalam kasus anak diserahkan ke kerabat, pihaknya akan menindaklanjuti guna memberi konseling dan dukungan keuangan.
Banyak pemerintah negara bagian kini mengalokasikan dana khusus bagi anak-anak yatim piatu akibat Covid-19.
Soni Kumari dan kedua adiknya kini telah menerima makanan dan dukungan keuangan dari pemerintah negara bagian serta para pekerja sosial.
Kehidupan mereka masih panjang, namun tidak ada sumber pemasukan tetap.
"Kami rindu orang tua setiap hari—hidup kami berbeda ketika mereka masih ada," kata Soni.
"Mereka punya mimpi bagi kami dan mereka selalu mengedepankan kebutuhan kami walau dengan sumber pemasukan yang terbatas."
Nenek mereka kini tinggal bersama mereka untuk sementara, namun Soni tahu bahwa kedua adiknya akan selalu menjadi tanggung jawabnya.
"Pada akhirnya semuanya terletak di tangan kami. Kami yang harus merawat satu sama lain," kata Soni.
Dia optimistis terhadap masa depan dirinya dan kedua adiknya bermodalkan uang sumbangan.
Ayah Soni adalah dokter di desa mereka. Soni berharap setidaknya satu di antara dia dan kedua adiknya bisa mengikuti jejak sang ayah. Mungkin, suatu hari kelak.
(Qur'anul Hidayat)