Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Akibat Covid-19, Banyak Anak-anak Menjadi Yatim Piatu

Susi Susanti , Jurnalis-Senin, 31 Mei 2021 |10:02 WIB
Akibat Covid-19, Banyak Anak-anak Menjadi Yatim Piatu
Banyak anak-anak menjadi yatim piatu di India akibat Covid-19 (Foto: Reuters)
A
A
A

INDIA – Pratham, 5, dan saudara laki-lakinya yang berusia 10 bulan Ayush harus kehilangan ayah mereka karena Covid-19 pada April lalu. Beberapa hari kemudian, di rumah sakit Delhi yang berbeda, mereka kehilangan ibu mereka.

Dunia mereka telah berubah dan mereka bahkan tidak menyadarinya. Mereka tidak mengerti mengapa orang tua mereka butuh waktu lama untuk pulang. Kerabatnya memberi tahu Pratham jika ibu dan ayahnya pergi bekerja. Tapi Pratham terus bertanya, dan setiap hari menjadi lebih sulit dari hari sebelumnya.

Para kerabat memutuskan untuk menghubungi organisasi non-pemerintah (LSM) yang berbasis di Delhi yang bekerja dengan anak-anak yatim piatu. LSM itu berharap seseorang akan mengadopsi Pratham dan saudaranya.

Nasib serupa dialami Sonia, 12, dan saudara laki-lakinya Amit, 7. keduanya kehilangan ayah mereka pada gelombang pertama pandemi pada Juni tahun lalu dan ibu mereka pada April tahun ini. Nenek dari pihak ayah sedang menjaga mereka saat ini. Dia khawatir tentang masa depan mereka, tetapi tidak ingin mempertimbangkan untuk mendaftarkan mereka untuk diadopsi.

"Siapa yang akan menjaga anak-anak ini setelah aku?" ujarnya.

(Baca juga: Komunitas Yahudi Gotong Royong Bantu Pengusaha Muslim yang Bisnisnya Terancam Bangkrut)

"Anak-anak ini adalah warisan dari putra dan menantu perempuan saya. Banyak orang datang untuk meminta adopsi. Bagaimana saya bisa memberikan mereka?,” terangnya.

Ini bukanlah cerita yang terisolasi. Covid-19 telah menghancurkan keluarga di seluruh India dan menjadikan banyak anak yatim piatu.

Smirti Irani, Menteri Kesejahteraan Perempuan dan Anak, baru-baru ini men-tweet jika kedua orang tua dari setidaknya 577 anak telah meninggal akibat virus corona antara 1 April dan 25 Mei lalu. Para ahli mengatakan angka ini kemungkinan merupakan perkiraan yang terlalu rendah.

Selama akhir pekan, Perdana Menteri India Narendra Modi juga mengumumkan langkah-langkah untuk membantu anak-anak yatim piatu, dengan dana sekitar USD13.970 (Rp200 juta) yang disisihkan untuk setiap anak. Uang ini akan diberikan kepada mereka sebagai tunjangan dari usia 18-23 tahun.

India memiliki undang-undang adopsi yang ketat. Yakni setiap negara bagian memiliki komisi perlindungan dan kesejahteraan anak yang menunjuk pejabat di distrik. Sejumlah LSM juga membantu komisi dalam mengidentifikasi anak-anak yang berisiko.

(Baca juga: Australia Capai Rekor Jumlah Vaksinasi Covid-19)

Ada portal nasional untuk orang-orang yang ingin mengadopsi anak dapat mendaftarkan diri mereka sendiri. Adopsi dilakukan setelah semua pemeriksaan yang diperlukan dilakukan dan komite kesejahteraan anak negara bagian menyatakan bahwa seorang anak "secara hukum bebas untuk diadopsi".

Tetapi tingkat adopsi India rendah - hanya 3.351 anak diadopsi hingga Maret 2020, sementara puluhan ribu menjadi yatim piatu. Sebagai perbandingan, lebih dari 66.000 anak diadopsi di Amerika Serikat (AS) pada 2019.

Anurag Kundu, ketua Komisi Perlindungan Hak Anak Delhi mengatakan ukuran masalah telah meningkat secara dramatis setelah gelombang kedua di India.

"Dalam hidup saya, saya belum pernah mendengar begitu banyak orang meninggal dalam rentang waktu sesingkat itu - mereka pasti telah meninggalkan begitu banyak anak yang berusia di bawah 18 tahun. Dalam pengertian itu, ini adalah darurat nasional," terangnya.

Dr Preeti Verma, anggota komisi kesejahteraan anak negara bagian itu menjelaskan di negara bagian terpadat di India, Uttar Pradesh, lebih dari 1.000 anak yatim piatu Covid-19 telah diidentifikasi.

Dia mengungkapkan seperti gambaran nasional, angka sebenarnya mungkin lebih tinggi. Komisi tersebut telah meminta polisi, petugas kesehatan tingkat desa dan kepala desa untuk mengidentifikasi anak-anak tersebut, katanya.

Menurut Kundu, fokus jangka pendek pada asuh, daripada adopsi penuh, diperlukan untuk membantu meringankan masalah.

"Itu mitos bahwa setiap anak diadopsi," katanya.

"Anggota keluarga selalu bisa maju. Pengasuhan adalah ide yang bagus tapi di negara kami belum berhasil, meski ada ketentuan khusus dalam undang-undang,’ lanjutnya.

Pengasuhan memungkinkan anak-anak untuk dirawat oleh keluarga dan teman-teman dan mereka tidak harus menunggu di panti asuhan yang penuh sesak sampai seseorang dapat mengadopsi mereka.

Para ahli mengatakan hal itu dapat membantu meningkatkan tingkat adopsi yang suram di India karena lebih banyak keluarga mungkin datang untuk merawat anak-anak tersebut untuk sementara, yang pada akhirnya dapat memotivasi mereka untuk mengadopsi secara resmi.

  • Khawatir terjadi ‘perdagangan anak’

Banyak yang telah menggunakan situs web media sosial (medsos) secara efektif untuk mencari bantuan tentang tempat tidur rumah sakit, oksigen, dan obat-obatan. Tetapi media sosial juga dibanjiri dengan seruan untuk mengadopsi anak-anak yang orang tuanya telah meninggal karena Covid-19.

Tetapi pembagian nomor telepon dan foto anak-anak secara terbuka seperti itu menimbulkan kekhawatiran akan perdagangan manusia. Kundu memperingatkan medsos bisa menjadi layanan "seperti Amazon" di mana orang dapat memilih anak untuk diadopsi.

Timnya telah menemukan halaman Facebook yang menawarkan anak-anak untuk diadopsi.

"Salah satu anggota staf saya menelepon nomor tersebut di halaman Facebook, dan mereka meminta harga USD7.000 (Rp100 juta) untuk satu anak. Kami telah melaporkan kelompok itu ke polisi,” terangnya.

Ada kekhawatiran di India jika anak-anak dapat dieksploitasi untuk menjadi pekerja kasar yang murah atau bahkan pekerja seks. Sonal Kapoor, CEO dari LSM Protsahan yang berbasis di Delhi, mengatakan organisasinya telah menemukan kasus satu orang tua meninggal dan yang lainnya, biasanya sang ayah, mendorong anak-anak ke dalam pekerjaan manual.

Hal itu menciptakan kebutuhan untuk mewaspadai anak-anak yang tidak menjadi yatim piatu, tetapi hanya kehilangan satu orang tua. Dalam satu kasus, seorang ayah mulai melakukan pelecehan seksual terhadap putrinya setelah ibunya sakit parah karena Covid-19.

"Anak yatim piatu adalah masalah besar saat ini, tetapi itu tidak sepenuhnya benar. Jumlah anak yang kehilangan satu orang tua sangat besar dan mereka juga membutuhkan perhatian yang sama," jelasnya.

Kapoor mengatakan Protsahan telah menerima panggilan darurat yang memilukan selama pandemi. Satu panggilan datang dari dua anak kecil yang ayahnya meninggal di rumah sakit dan mereka membutuhkan bantuan untuk mengkremasi dia, karena ibu mereka juga terkena Covid-19.

Di keluarga lain, sang ibu telah meninggal dan sang ayah sangat shock sehingga selama tiga hari ia tidak dapat memberi makan anak-anaknya. "Kami mendapat telepon dari kerabat yang meminta bantuan untuk memberi makan anak-anak," lanjutnya.

Pemerintah negara bagian telah mulai meningkatkan upaya untuk merawat anak yatim piatu yang pandemi di India, tetapi para ahli mengatakan masih banyak yang harus dilakukan. Risikonya adalah banyak anak mungkin tumbuh sejak saat ini tanpa keluarga di sekitar mereka.

(Susi Susanti)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement