Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

215 Kerangka Anak-Anak Ditemukan di Sekolah Pribumi, PM Kanada: Ini Bukan Insiden Terpisah

Agregasi VOA , Jurnalis-Selasa, 01 Juni 2021 |14:20 WIB
215 Kerangka Anak-Anak Ditemukan di Sekolah Pribumi, PM Kanada: Ini Bukan Insiden Terpisah
Sekolah asrama di Kamloops, Kanada. (Foto: Reuters)
A
A
A

OTTAWA — Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau pada Senin (31/5/2021), mengatakan penemuan lebih dari 200 kerangka anak-anak yang dikubur di bekas sekolah asrama penduduk pribumi bukan insiden terpisah.

Trudeau menyampaikan pernyataan itu ketika para pemimpin adat menyerukan pemeriksaan setiap bekas lokasi sekolah asrama dari institusi-institusi yang menampung anak-anak yang diambil dari keluarga di seluruh negara itu.

Kepala Tk'emlups te Secwepemc First Nation di British Columbia, Rosanne Casimir, mengatakan berkat bantuan radar penembus tanah, sisa-sisa kerangka 215 anak-anak itu dapat dikonfirmasi. Sebagian dari anak-anak itu berusia tiga tahun.

BACA JUGA: Gempar! Tulang Belulang 215 Anak Ditemukan di Sekolah Pribumi Kanada

Ia menggambarkan temuan itu sebagai “kehilangan yang tidak terbayangkan; yang dibicarakan, tetapi tidak pernah didokumentasikan” di Kamloops Indian Residential School, yang terbesar di antara sekolah semacam itu di Kanada.

“Sebagai perdana menteri, saya terkejut dengan kebijakan memalukan, dengan mencuri anak-anak penduduk asli dari komunitas mereka. Sayangnya ini bukan pengecualian atau insiden yang terisolasi,” ujar Trudeau.

“Kita tidak akan bersembunyi dari hal ini. Kita harus mengakui kebenaran. Sekolah asrama ini merupakan realita, ini merupakan tragedi di negara kita dan kita harus mengakuinya. Anak-anak diambil dari keluarga mereka, dikembalikan dalam keadaan tidak utuh atau bahkan tidak dikembalikan sama sekali,” ujarnya lirih.

Dipaksa Pindah Agama

Dari abad ke-19 hingga tahun 1970an, lebih dari 150 ribu anak-anak First Nations, sebutan untuk kelompok penduduk asli Kanada, diharuskan mengikuti sekolah-sekolah Kristen yang didanai pemerintah sebagai bagian dari program asimilasi ke dalam masyarakat Kanada.

BACA JUGA: Bantu Penanggulangan Covid-19, Menteri dan Wakil Menteri Malaysia Sumbangkan 3 Bulan Gajinya

Mereka dipaksa mengubah keyakinan menjadi Kristen, dan tidak diizinkan berbicara dengan menggunakan bahasa asli mereka. Banyak yang dipukuli dan dilecehkan secara verbal. Diperkirakan sekira 6.000 orang meninggal dunia.

Pemerintah Kanada pada 2008 menyampaikan permohonan maaf di parlemen dan mengakui bahwa penganiayaan seksual dan fisik di sekolah-sekolah itu rentan terjadi. Banyak siswa ingat ketika mereka dipukuli karena berbicara dalam bahasa asli mereka. Mereka juga kehilangan kontak dengan orang tua dan adat-istiadat mereka.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement