Peneliti utama Prof Matthew Snape, dari Universitas Oxford, mengatakan temuan itu tidak merusak kebijakan Inggris untuk memberi vaksin yang sama dua kali.
"Kita sudah tahu bahwa kedua jadwal standar sangat efektif melawan penyakit parah dan rawat inap, termasuk terhadap Delta varian ketika diberikan pada delapan sampai 12 minggu terpisah,” jelasnya.
Dia mengatakan hasil baru menunjukkan jadwal dosis campuran juga efektif, meskipun interval empat minggu dipelajari lebih pendek dari jadwal delapan sampai 12 minggu yang paling umum digunakan di Inggris.
"Interval yang lebih lama ini diketahui menghasilkan respons imun yang lebih baik," tambahnya.
Hasil uji coba dosis campuran untuk interval jab 12 minggu akan tersedia bulan depan.
Sementara itu, studi pra-cetak lainnya, yang juga keluar pada Senin (28/6), menunjukkan dosis ketiga vaksin AZ, yang diberikan lebih dari enam bulan setelah yang kedua, meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Tetapi para ahli mengatakan masih terlalu dini untuk mengetahui apakah orang akan membutuhkan dosis booster tahun ini menjelang musim dingin. Belum jelas berapa banyak kekebalan yang mungkin berkurang seiring waktu.
"Pertanyaan besar saat ini adalah apakah kita akan ditawari vaksin booster di musim gugur atau tidak. Dengan bukti yang tersedia dari ini dan sumber lain, saya menduga kemungkinan itu akan terjadi pada mereka. paling berisiko terkena virus, baik karena usia atau rentan secara klinis." Terang Prof Paul Hunter dari University of East Anglia.
Dia menyarankan orang-orang yang telah menjalani vaksin pertama AstraZeneca mungkin ditawari vaksin Pfizer sebagai booster daripada AstraZeneca ulangan. Sedangkan orang yang memiliki suntikan vaksin pertama Pfizer mungkin tidak memerlukan booster musim gugur, berdasarkan bukti dari penelitian Com-Cov.
(Susi Susanti)