"Saya rasa rusunawa ini sangat representatif. Tempat ibadah juga tersedia dan sirkulasi udaranya juga bagus karena memang letaknya agak jauh dari pemukiman. Saya rasa ini akan sangat membantu para pasien untuk bisa lebih cepat sembuh," kata Sutiaji.
Untuk pengoperasiannya sendiri menurut Sutiaji dalam waktu dekat akan segera dilakukan. Saat ini pihaknya tengah mempersiapkan segala kebutuhan pendukung lainnya termasuk juga tenaga kesehatan (nakes) yang akan ditugaskan di rusunawa UB tersebut. Selain itu, pihaknya juga bakal merekrut tambahan relawan untuk bertugas di rusunawa UB itu dan akan melibatkan fakultas kedokteran dari Universitas Brawijaya sendiri.
"Kami akan segera operasikan sembari juga menyiapkan untuk yang safe house Jalan Kawi, untuk yang disana ada 60 bed yang sudah tersedia dan nanti akan ditambah hingga 110 bed. Jumlah tersebut nanti dikurangi 10 yang akan digunakan bagi pekerja migran Indonesia yang baru tiba," jelasnya.
Di sisi lain, Rektor Universitas Brawijaya, Nuhfil Hanani menjelaskan bahwa pihaknya tak bisa menolak permintaan dari Wali Kota Malang lantaran ini adalah misi kemanuasiaan. Keselamatan jiwa dari mereka yang terpapar COVID-19 sangat penting. Untuk itu, dirinya langsung melakukan rapat terbatas dengan jajaran pimpinan begitu ada permintaan penggunaan rusunawa tersebut. Bahkan tim keamanan dari UB juga langsung mengatur dan menyiapkan jalur evakuasi terhadap pasien.
"Ini soal kemanusiaan, kami semua harus bekerja sama-sama untuk mengatasinya. Perlu diketahui juga bahwa isolasi mandiri di tempat khusus itu sangat penting, agar mereka tidak menularkan. Bangunan ini adalah asrama mahasiswa dan mereeka yang sebelumnya di sini sudah kami pindahkan ke asrama lain di Jalan Veteran," pungkasnya.
(Khafid Mardiyansyah)