Bagi sebuah bangsa, hoaks menjadi sesuatu yang berbahaya. Ia bisa membawa pengaruh disintegrasi, cepat atau lambat. Untuk menghadapi dampak buruk tersebut, masing-masing individu harus memiliki berbagai kompetensi supaya tidak termakan hoaks. Kompetensi yang dimaksud meliputi digital skills, digital culture, digital ethics, digital safety, dan yang paling penting adalah kemampuan berpikir kritis.
Berpikir kritis adalah sebuah proses yang komponen utamanya adalah mengecek fakta yang dianggap benar. Selain itu, untuk mencapai kemampuan ini sebelumnya harus mengecek logika atau proses dalam berpikir. Berpikir kritis tidak hanya menyangkut informasi yang diterima, tetapi juga melibatkan diri dalam proses reflektif dan berpikir independen.
Anita menyampaikan tentang penggunaan nilai-nilai inti sebagai sarana mengkaji informasi yang ada di sekitar. "Nilai-nilai itu bebas ditentukan. Saya sebagai salah seorang anak dari Abdurrahman Wahid (Gus Dur), presiden keempat Indonesia, menggunakan sembilan nilai utama Gus Dur sebagai tolok ukur keteladanan," katanya.
Ia melanjutkan nilai-nilai tersebut adalah nilai ketauhidan, kemanusiaan, keadilan, kesetaraan, pembebasan, kesederhanaan, persaudaraan, kekesatriaan, dan kearifan lokal.” Dengan memiliki dan mengamalkan nilai-nilai tersebut, diharapkan bisa menjadi panduan dalam derasnya informasi yang beredar luas saat ini.
(Qur'anul Hidayat)