Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Mengenal "Panitia Kecil" 9 Anggota BPUPKI yang Merumuskan Pidato Soekarno

Tim Okezone , Jurnalis-Selasa, 17 Agustus 2021 |08:02 WIB
 Mengenal
foto: istimewa
A
A
A

Agus Salim (Anggota) :

Agus Salim lahir dengan nama Masyudul Haq, di Kota Gadang, Bukittinggi, pada bulan Oktober 1884. Dia termasuk segelintir anak bumiputera yang bisa menikmati pendidikan Belanda. Anak bekas jaksa dari Sumatera Barat itu adalah lulusan terbaik sekolah menengah Belanda (Hogere Burger School - HBS).

Bakatnya luar biasa dalam menguasai bahasa asing. Ia mampu berbicara dalam sembilan bahasa: Belanda, Inggris, Jerman, Perancis, Arab, Turki, Jepang, dan tentu saja bahasa Indonesia dan Minang.

Setamat HBS, sebenarnya Agus Salim ingin menjadi dokter. Tapi akhirnya dia harus mengurungkan cita-citanya karena tidak ada biaya untuk kuliah di Belanda. Konon sebenarnya ia bisa saja belajar ke Belanda berkat bantuan dari RA. Kartini.

Ia kemudian mendirikan sekolah HIS (Hollandsche Inlandsche School) sebelum kemudian masuk dunia pergerakan nasional lewat Sarekat Islam, Jong Islamieten Bond, dan Gerakan Penjadar. Ia mulai malang-melintang dalam politik praktis untuk membangkitkan semangat menuju kemerdekaan.

Sebagai pribadi, Agus Salim yang wafat tahun 1954 di usia 70 tahun dikenal berjiwa bebas. Ia tidak pernah mau dikekang oleh batasan-batasan. Ia pun berani mendobrak tradisi Minang yang kuat. Ia memilih untuk mendidik anak-anaknya sendiri ketimbang menyerahkan pendidikan mereka ke sekolah formal. Agus Salim sangat peduli pada pembentukan watak atau karakter, yang menurutnya tidak didapat dari sekolah formal.

AA Maramis (Anggota) :

Alexander Andries Maramis lahir di Manado pada tanggal 20 Juni 1897. Ayahnya bernama Andries Alexander Maramis (nama pertama dan tengah dibalik) dan ibunya bernama Charlotte Ticoalu. Tantenya adalah Pahlawan Nasional Indonesia, Maria Walanda Maramis.

Alex Maramis belajar di sekolah dasar bahasa Belanda (Europeesche Lagere School, ELS) di Manado. Dia kemudian masuk sekolah menengah Belanda (Hogere burgerschool, HBS) di Batavia (sekarang Jakarta) di mana dia bertemu dan berteman dengan Arnold Mononutu yang juga dari Minahasa dan Achmad Soebardjo.

Maramis diangkat sebagai anggota BPUPKI yang dibentuk pada tanggal 1 Maret 1945. Dalam badan ini, Maramis termasuk dalam Panitia Sembilan. Panitia ini ditugaskan untuk merumuskan dasar negara dengan berusaha menghimpun nilai-nilai utama dari prinsip ideologis Pancasila yang digariskan oleh Soekarno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni 1945.

Pada tanggal 11 Juli 1945 dalam salah satu rapat pleno BPUPKI, Maramis ditunjuk sebagai anggota Panitia Perancang Undang-Undang Dasar yang ditugaskan untuk membuat perubahan-perubahan tertentu sebelum disetujui oleh semua anggota BPUPKI. Pada tahun 1976 bersama Hatta, A.G. Pringgodigdo, Sunario Sastrowardoyo, dan Soebardjo, Maramis termasuk dalam "Panitia Lima" yang ditugaskan Presiden Suharto untuk mendokumentasikan perumusan Pancasila.

(Rani Hardjanti)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement