Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Taliban Berkuasa, Apakah Afghanistan Akan Menjadi 'Tempat Berlindung bagi Pelaku Teror'?

Agregasi BBC Indonesia , Jurnalis-Jum'at, 20 Agustus 2021 |07:44 WIB
Taliban Berkuasa, Apakah Afghanistan Akan Menjadi 'Tempat Berlindung bagi Pelaku Teror'?
Taliban kuasai Afghanistan (Foto: Reuters)
A
A
A

  • Mencari legitimasi dan pengakuan

Terakhir kali Taliban memerintah negara itu, dari 1996-2001, dan praktis saat itu Afghanistan menjadi negara paria.

Hanya tiga negara, Arab Saudi, Pakistan, dan Uni Emirat Arab, yang mengakui legitimasi mereka.

Selain bersikap brutal terhadap warganya sendiri, Taliban memberikan perlindungan yang aman bagi organisasi al-Qaeda pimpinan Osama Bin Laden yang berada di balik serangan 9/11 di AS pada 2001, dan menewaskan hampir 3.000 orang.

Diperkirakan 20.000 rekrutan dari seluruh dunia melewati kamp pelatihan al-Qaeda, mempelajari keterampilan mematikan dan menciptakan apa yang dikenal sebagai "universitas teror" saat mereka bubar dan kembali ke negaranya.

Saat ini Taliban masih melihat diri mereka sebagai penguasa yang sah dari "Islamic Emirate of Afghanistan" dan mereka menginginkan pengakuan dari dunia internasional.

Mereka tampak bersemangat untuk memproyeksikan gagasan bahwa mereka datang untuk memulihkan ketertiban, ketenangan dan otoritas, setelah korupsi, pertikaian dan pemborosan menjadi ciri sebagian besar pemerintahan selama 20 tahun terakhir.

Selama perundingan damai yang mengalami jalan buntu di Doha, menjadi jelas bagi para perunding Taliban bahwa pengakuan yang diinginkan ini hanya bisa datang jika mereka benar-benar melepaskan diri dari al-Qaeda.

Taliban mengklaim sudah melakukannya. Namun hal ini dibantah laporan terbaru PBB. Laporan itu menunjukkan hubungan kesukuan dan perkawinan yang dekat antara kedua kelompok.

Selama pengambilalihan kekuasaan secara dramatis oleh Taliban di seluruh negeri belakangan ini, ada banyak laporan kehadiran "orang-orang asing" di barisan mereka, yaitu para petempur non-Afghanistan.

Juga jelas ada keterputusan antara kata-kata yang lebih moderat dan pragmatis yang diucapkan para elit Taliban - negosiator dan juru bicaranya di satu sisi - dan berbagai tindakan balas dendam biadab yang terjadi di lapangan.

Pada 12 Agustus, ketika Taliban masih bergerak maju ke ibu kota Kabul, kuasa usaha AS di Kabul mentweet:

"Pernyataan Taliban di Doha tidak menyerupai tindakan mereka di Badakhshan, Ghazni, Helmand & Kandahar. Upaya untuk memonopoli kekuasaan melalui kekerasan , ketakutan dan perang hanya akan mengarah pada isolasi internasional."

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement