Karena itu, lanjut Nur Kholis, air mengalir keluar disertai gelembung-gelembung gas serta nyala api kecil, dan ini menunjukkan bahwa konsentrasi tekanan gas cukup kecil sehingga potensi cadangan gasnya juga sedikit.
"Semburan gas tersebut berasal dari hasil pengeboran sumur pada kedalaman 88 meter dengan litologi batuan lempung dan pasir. Jadi gas keluar berjenis gas rawa yang berasal dari zat organik sisa tumbuh-tumbuhan dan hewan tertimbun, kemudian terfermentasi oleh mikroorganisme bakteri, lalu menghasilkan gas methane dan sedikit kandungan buthane," tuturnya.
Sementara itu, pihaknya mengakui di Sumenep memang memiliki potensi kaya minyak dan gas sehingga diperlukan kajian komperehensif.
Selain itu, litologi batuan di Sumenep adalah lempung dan pasir yang merupakan letak potensial gas rawa sebagai pengganti LPG.
"Namun, lokasi pengeboran sendiri tidak termasuk dalam wilayah kerja Migas Jatim. Yang artinya, wilayah tersebut saat ini belum merupakan prospek migas," tuturnya.
(Erha Aprili Ramadhoni)