SESUDAH keberhasilan menaklukkan Surabaya, Sultan Agung dengan Kerajaan Mataram-nya berusaha menaklukkan Banten. Namun, saat itu ada tantangan besar yakni penguasaan VOC di Banten yang sudah masuk.
Alhasil bila ingin menguasai wilayah Banten, Sultan Agung harus menyingkirkan VOC yang dianggap sebagai batu perintang. Sebagaimana dikisahkan dalam buku "Hitam Putih Kekuasaan Raja - Raja Jawa Intrik, Konspirasi Perebutan Harta, Tahta, dan Wanita" karya Sri Wintala Achmad.
Baca juga: Raden Trunojoyo, Bangsawan Madura yang Menggempur Mataram dan Belanda
Mula - mula Sultan Agung menawarkan perdamaian dengan VOC, dengan syarat - syarat tertentu pada April 1628. Tapi tawaran itu ditolak oleh VOC, maka Sultan Agung pun menyatakan perang melawan VOC.
Perang pun digaungkan, Sultan Agung mengirim pasukan Mataram I yang dipimpin oleh Tumenggung Bahureksa, pada 27 Agustus 1628. Sementara pasukan berikutnya dipimpin oleh Pangeran Mandurareja pada Oktober 1628, dengan sebutan Pasukan Mataram II. Total ada 10.000 orang pasukan disiapkan Mataram.
Baca juga: Amengkurat I, Raja Mataram yang Izinkan Belanda Membangun Benteng di Kerajaan
Perang besar antara Mataram melawan VOC di Holandia pun terjadi. Kurangnya perbekalan membuat pasukan Mataram mengalami kehancuran. Alhasil Sultan Agung pun dibuat marah dan mengirim algojo untuk menghukum mati Tumenggung Bahureksa dan Pangeran Mandurareja.