Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Prancis, China, Kecam Kesepakatan Inggris dan AS Bantu Australia Kembangkan Kapal Selam Nuklir

Agregasi VOA , Jurnalis-Jum'at, 17 September 2021 |05:54 WIB
Prancis, China, Kecam Kesepakatan Inggris dan AS Bantu Australia Kembangkan Kapal Selam Nuklir
Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne, Menlu Amerika Serikat Antony Blinken, dan Menteri Pertahanan Amerika Serikat Llyod Austin dalam pertemuan di Washington, Amerika Serikat, 16 September 2021. (Foto: Reuters)
A
A
A

PARIS – China dan Prancis mengecam kesepakatan yang dijalin Australia dengan Amerika Serikat (AS) dan Inggris untuk mengembangkan armada kapal selam bertenaga nuklir sebagai bagian dari kemitraan keamanan trilateral baru yang berfokus pada kawasan Indo-Pasifik. Kemitraan tiga negara itu akan dikenal dengan singkatan AUKUS.

Presiden AS Joe Biden, Perdana Menteri Australia Scott Morrison dan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menekankan bahwa kapal-kapal selam bertenaga nuklir itu nantinya tidak akan membawa senjata nuklir.

BACA JUGA: Menhan Australia Kunjungi Indonesia, Prabowo: Pererat Kerjasama Pertahanan dan Kesehatan 

PM Johnson mengatakan negaranya akan memainkan peran penting dalam berbagi pengetahuan dengan Australia, bekas jajahan Inggris yang tetap berada dalam Persemakmuran, sebuah organisasi yang dipimpin oleh Ratu Elizabeth II.

Perjanjian ini, katanya, “akan memanfaatkan keahlian yang telah diperoleh Inggris selama beberapa generasi sejak peluncuran kapal selam nuklir pertama Angkatan Laut Kerajaan Inggris lebih dari 60 tahun yang lalu.”

BACA JUGA: New South Wales Australia Lockdown, Perdana Menteri: Ini Benar-Benar Perang

Kemitraan baru ini akan memungkinkan ketiga negara untuk berbagi informasi dan keahlian dengan lebih mudah di bidang teknologi utama seperti kecerdasan buatan, teknologi siber, teknologi kuantum, sistem bawah air, dan kemampuan serangan jarak jauh.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian pada Kamis (16/9/2021) memperingatkan dalam konferensi pers di Beijing bahwa perjanjian itu “sangat merusak perdamaian dan stabilitas regional.” Dia menuduh ketiga negara terlibat dalam “perilaku yang sangat tidak bertanggung jawab” dan mendesak agar ketiga negara “meninggalkan mentalitas Perang Dingin mereka.”

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement