MYANMAR - Suku Karen, Kayin, Kariang atau Yang merujuk kepada sejumlah kelompok etnis pemakai bahasa Tiongkok-Tibet yang utamanya tinggal di Negara Bagian Karen, selatan dan tenggara Myanmar. Karen berjumlah sekitar 7 persen dari jumlah penduduk Myanmar atau sekitar 5 juta orang.
Sebagian besar suku Karen pindah ke Thailand, yang kebanyakan mendiami perbatasan Thai–Karen. Karen sering disamakan dengan Karen Merah (Karenni), yang merupakan salah satu suku Kayah di Negara bagian Kayah, Myanmar. Dikutip Wikipedia, salah satu subkelompok Karenni, suku Padaung, paling dikenal karena wanita-wanitanya yang mengenakan cincin kuningan untuk memanjangkan leher. Beberapa orang menyebut mereka “Suku Leher Panjang”. Namun, subkelompok ini hanya terdiri dari sebagian kecil dari populasi orang Karenni. Suku tersebut mendiami wilayah perbatasan Myanmar dan Thailand.
Baca juga: Tradisi Memanjangkan Leher Wanita Suku Karen demi Pikat Pria, Dimulai Sejak Usia Dini
Orang-orang Karenni dikenal sebagai "Karen Merah" dan tinggal di daerah pegunungan kecil di utara Negara Bagian Karen dan barat Thailand. Ada lebih dari selusin subkelompok etnis Karenni, tetapi mereka semua berbicara dalam bahasa yang sama, dengan hanya sedikit variasi dialek.Mereka berbicara bahasa Karenni, juga disebut Kayah Li.
Baca juga: Setahun Kudeta Myanmar, Militer Masih Berkuasa dan Rakyat Terus Melawan
Secara tradisional, orang Karenni adalah penganut Animisme dan Buddhis tetapi banyak yang telah memeluk agama Kristen (kebanyakan Katolik). Di Minnesota, orang Karenni kebanyakan tinggal di St. Paul dan Austin. Perayaan terpenting bagi orang Karenni adalah Kay Htoe Bo. Festival ini mencerminkan cerita tentang bagaimana bumi muncul. Selama perayaan, orang Karenni menari di sekitar tiang untuk menjaga kesehatan.