 
                JAKARTA - Angling Darma adalah keturunan ketujuh dari hidayat, yang dimana seorang tokoh utama dalam kisah Mahabrata. Hal ini dapat dimaklumi karena menurut tradisi Jawa, kisah Mahabrata dianggap benar-benar terjadi di Pulau Jawa.
(Baca juga: Kesaktian dan Senjata Ampuh Angling Dharma)
Raja yang dikenal bijaksana ini merupakan tokoh legenda masyarakat Jawa yang telah dikenal sejak era Majapahit. Sifat Angling Dharma yang bijaksana dan berbudi luhur membuatnya dihormati rakyat. Tak hanya itu, Angling Dharma adalah seorang pengembara yang berani.
Dikutip dari buku 'Pengembaraan Angling Dharma (1998)' yang diterbitkan Kemendikbud, Angling Dharma adalah seorang raja dari kerajaan Malawapati. Ia dikenal sebagai raja yang bijak dalam memerintah. Angling Dharma disebut merupakan keturunan ketujuh dari Arjuna.
Diceritakan bahwa Arjuna memiliki putra yang bernama Abimanyu. Kemudian Abimanyu berputra Parikesit, Parikesit berputra Yudayana, Yudayana Berputra Gendrayana, Gendrayana berputra Jayabaya, dan Jayabaya memiliki putri bernama Pramesti, dan Pramesti memiliki anak bernama Prabu Angling Darma.
Dalam buku tersebut sejalan dengan kidung 'Angling Dharma' yang ditranslasikan oleh I Made Subandia pada tahun 1996, Angling Dharma dikisahkan gemar mengembara. Kegemarannya itu membawanya bertemu dengan istrinya, yaitu Dyah Dursilawati.
Mereka berdua kemudian dinikahkan oleh Raja Basunando. Namun, Angling Dharma menikah lagi dengan putri Raja Bojonegari dan putri Raja Melawapati. Dari pernikahan itu, Angling Dharma melahirkan dua keturunan yang bernama Raden Danurweda dan Raden Angling Kusuma. Namun, kedua anak tersebut tidak mau melanjutkan tahta dari ayahnya dan memilih untuk kabur. Kisah ini beredar luas di Bali.
Namun, kidung tersebut hanyalah salah satu versi yang beredar. Di Bojonegoro, Angling Dharma justru diyakini merupakan salah satu titisan Raja Kediri Prabu Jayabaya. Seperti halnya dengan kidung di Bali, Angling Dharma juga dikenal sebagai raja yang dermawan.