Secara pribadi ia menyiapkan pensil dan selembar kertas untuk membuat sketsa lukisan dengan subyek hidup yang secara fisik berjarak dekat dengannya. Jan Bik ingin mengabadikan sang Pangeran yang kini telah menjadi seorang pesakitan. “Pangeran yang ditawan itu sepenuhnya tersedia bagi Bik,” kata Harm Stevens.
Proses memindahkan sosok Pangeran Diponegoro ke dalam sketsa di atas kertas putih itu, relatif berjalan lancar. Diponegoro memenuhi apa yang menjadi keinginan Jan Bik.
Ia duduk di atas kursi dengan lengan kiri bertumpu pada sandaran, dengan posisi berhadapan dengan Jan Bik yang berjarak dekat. Bik yang mengawali karir seniman dengan melukis di atas permukaan porselein, mampu bekerja dengan baik.
Ia sanggup menggambar wajah Pangeran Diponegoro secara akurat. Hasil dari energi dan kemampuan yang banyak tercurah itu adalah wajah Diponegoro berparas halus dengan sorot dua bola mata yang menatap tajam. Gestur wajah yang kemudian kerap disebut memancarkan martabat.