LATVIA – Monumen kontroversial era Uni Soviet Obelisk setinggi hampir 260 kaki (79 meter), yang didirikan pada masa pemerintahan Uni Soviet di Latvia, telah menjulang tinggi di sebuah taman di ibu kota negara Baltik selama hampir empat dekade.
Minggu ini, monumen itu dirobohkan sebagai bagian dari upaya pemerintah yang lebih luas untuk menunjukkan solidaritas dengan Ukraina dan untuk menghilangkan simbol dari apa yang dianggap banyak orang Latvia sebagai babak traumatis dalam sejarah negara itu.
Pejabat di Riga menyetujui pembongkaran obelisk pada Mei lalu, setelah Parlemen Latvia memilih untuk merobohkannya.
Pada Rabu (24/8/2022), Dewan Kota Riga mencatat bahwa monumen itu telah menjadi “simbol ideologis dari rezim totaliter Uni Soviet dan tentara Soviet.”
Baca juga: Ketika Ukraina Kehabisan Senjata Era Uni Soviet, Bergantung pada Kebaikan Hati Sekutu
“Pada saat Rusia, sebagai pewaris Uni Soviet, melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan di Ukraina, keberadaan monumen berisiko menimbulkan polarisasi masyarakat,” katanya dalam sebuah pernyataan, menambahkan bahwa Latvia tidak akan mengizinkan simbol yang “membenarkan dan mengagungkan agresi.”
Baca juga: Sejarah Runtuhnya Uni Soviet dan Lahirnya Rusia
Pada Kamis (25/8/2022), gambar monumen yang runtuh dari pangkalannya ke kolam di sekitarnya dibagikan oleh media lokal dan disambut oleh pejabat Latvia.
“Menutup halaman sejarah yang menyakitkan dan mencari masa depan yang lebih baik,” kata Edgars Rinkevics, Menteri Luar Negeri negara itu, dalam sebuah tweet yang membagikan video penggulingan monumen.
“Waktunya telah tiba untuk menyelesaikan de-komunisasi di seluruh Eropa dan akhirnya membebaskan diri kita dari masa lalu totaliter Soviet,” terang Olena Kondratiuk, Wakil Ketua Parlemen Ukraina, di Telegram.
Menampilkan lima menara dan bintang berujung lima, monumen ini dibangun pada 1985 di ibu kota Latvia, Riga, sebagai peringatan bagi tentara Soviet yang tewas dalam Perang Dunia II. Latvia diduduki oleh Nazi Jerman pada 1941, meresmikan pembunuhan massal orang-orang Yahudi, Roma, dan orang-orang yang dianggap tidak pantas secara politik oleh Nazi. Pasukan Soviet menggulingkan Nazi pada 1944, dan Latvia tetap berada di bawah kekuasaan Soviet sampai memperoleh kembali kemerdekaannya pada 1991 ketika Uni Soviet bubar.
Sekitar sepertiga dari dua juta penduduk Latvia hanya berbicara atau sebagian besar berbahasa Rusia. Banyak yang tiba selama beberapa dekade pemerintahan Soviet, atau merupakan keturunan mereka.
Pada tahun-tahun itu, puluhan ribu orang Latvia meninggalkan negara itu atau dideportasi, dan Moskow mengirim orang Rusia dalam jumlah yang sama ke Latvia. Minoritas besar yang diidentifikasi Rusia telah menyebabkan keretakan di dalam negeri.
Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah Latvia telah berupaya membatasi penyebaran bahasa Rusia di Latvia dengan, antara lain, membatasi pengajaran bahasa Rusia di sekolah-sekolah di negara itu.
Penutur bahasa Rusia telah berkumpul selama bertahun-tahun di Obelisk setiap tanggal 9 Mei untuk memperingati penggulingan Soviet dari kekuasaan Nazi, menjadikannya tempat yang kontroversial di kota.
Latvia tidak sendirian dalam upaya membongkar simbol-simbol era Soviet. Adapun negara-negara lain yang kritis terhadap invasi Rusia ke Ukraina, termasuk Polandia, mengatakan mereka akan melakukan hal yang sama. Estonia baru-baru ini memindahkan tank era Soviet dari tugu peringatan Perang Dunia II, yang memicu gelombang serangan siber dari kelompok peretas Rusia.
(Susi Susanti)