Pasalnya, kala itu Majapahit sudah mulai merasakan masa-masa suramnya karena para adipati dan pembesar kerajaan meninggalkan dan melupakan tugasnya lantaran hidup mewah.
Situasi tersebut membuat kerajaan Majapahit menjadi berantakan sehingga Prabu Brawijaya mengundang Sunan Ampel untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada.
Lantaran diberi kepercayaan, Sunan Ampel kemudian membangun masjid sebagai tempat beribadah dan dakwahnya. Selain itu, dia juga membangun pesantren di salah satu daerah yaitu Ampeldenta. Itulah awal mula mengapa dirinya disebut sebagai Sunan Ampel.
Strategi Sunan Ampel dalam berdakwah terkenal menggunakan cara yang cerdas. Pasalnya, dia mengubah nama Sungai Brantas menjadi Kali Emas dan Pelabuhan Jelangga Manik menjadi Tanjung Perak. Lantaran penasaran, orang-orang pun berbondong-bondong mendatangi lokasi. Tak tinggal diam, kemudian Sunan Ampel mulai memanfaatkannya untuk berdakwah dan mengajarkan agama Islam.
Dari situlah Sunan Ampel mulai aktif berdakwah bahkan sampai ke pelosok-pelosok negeri. Cara dakwah Sunan Ampel yang terkenal hingga kini adalah falsafah “Moh limo” yang artinya tidak mau melakukan lima hal tercela, diantaranya:
1.Moh Mabok: tidak mau minum minuman keras, khamr dan sejenisnya.
2.Moh Main: tidak mau main judi, togel, taruhan dan sejenisnya.
3.Moh Madon: tidak mau berbuat zina, homoseks, lesbian dan sejenisnya.
4.Moh Madat: tidak mau memakai narkoba dan sejenisnya.
5.Moh Maling: tidak mau mencuri, korupsi, merampok dan sejenisnya.
Dengan demikian, selain falsafah di atas, Sunan Ampel juga selalu mendekatkan istilah Islam dengan menyesuaikan bahasa daerah setempat. Sehingga apa yang diajarkannya dapat diterima oleh masyarakat setempat.
(Qur'anul Hidayat)