 
                JAKARTA - Soekarno dan Inggit menjalani bahtera rumah tangga selama hampir 20 tahun hingga harus berpisah pada tahun 1942. Kini Inggit harus meninggalkan Jakarta dan melanjutkan kehidupannya untuk menetap di Bandung.
Menyandang status janda, Inggit harus kembali berdagang kecil-kecilan seperti, jamu dan bedak buatannya sendiri demi keberlangsungan hidupnya. Baginya, perceraian merupakan peristiwa yang paling menyedihkan dalam hidupnya.
Seperti diceritakan dalam buku Soekarno Fatmawati, Inggit harus melanjutkan hidupnya dan tak boleh larut dalam kesedihan. Cintanya tulus yang diberikannya kepada Soekarno membuat Inggit kuat dan mensyukuri apa yang telah dialaminya.
Inggit juga merasa senang, meskipun dia menempuh jalan yang bukan bertabur bunga, dia berhasil menghantarkan seseorang sampai di gerbang yang amat berharga.
“Ini merupakan pengalamanku dengan seseorang yang mementingkan untuk membangkitkan semangat dan solidaritas bangsa untuk mencapai apa yang dicita-citakannya. Yang sebenarnya kita cita-citakan bersama adalah kemerdekaan bagi bangsa kita,” katanya Inggit dalam buku Soekarno Fatmawati.
Saat Inggit telah mengantarkannya sampai ke gerbang cita-citanya, keduanya memilih untuk berpisah. Lantaran Inggit berpegang teguh pada sesuatu yang berbenturan dengan keinginannya. Soekarno pun melanjutkan perjuangannya dan Inggit tidak pernah berhenti untuk mendoakannya.