JAKARTA - Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengungkapkan kesedihan mendalam dengan meninggalnya ulama yang tinggal di Doha Qatar, Syekh Yusuf Qaradhawi.
Dengan meninggalnya ulama besar tersebut, umat Islam sedunia kehilangan ulama besar yang berpikiran moderat dan maju. Ulama tersebut telah mempengaruhi mempengaruhi pemikiran wasathiyah Islam dalam beberapa tahun terakhir.
"Transformasi pemikirannya yang semula lebih puritan menjadi maju menunjukkan perkembangan pemikiran Islam yang selalu dinamis dan tidak statis," ujar Haedar, Selasa (27/9/2022).
Haedar sendiri memiliki kenangan ketika ulama tersebut berkunjung ke Jakarta. Syekh Yusuf Qaradhawi pernah berkunjung ke PP Muhammadiyah di Jakarta tiga dekade lalu.
Saat itu ia dengan tegas menyatakan hisab itu qothiy (pasti) sedangkan rukyat itu dhanny (meragukan, banyak kemungkinan). Hal ini tentu sangat mencerdaskan dan mencerahkan umat.
Baca juga: Syekh Yusuf Al Qaradawi Akan Dimakamkan di Pemakaman Abu Hamour
Menurut Haedar umat Islam sedunia memang ketika berhadapan dengan hukum alam yang pasti, lebih-lebih menyangkut hari dan tanggal atau bulan dan tahun meniscayakan ilmu yang pasti dan kepastian.
"Ini perlu agar segala transaksi dan regulasi hidup sehari-hari itu memiliki kepastian," tandas dia.
Baca juga: Memori Peninggalan Azyumardi Azra, Begini Kata Haedar Nashir
Kecuali untuk hal-hal yang abstrak, sosial, dan ranah hidup yang metafisika. Jika ingin merebut masa depan lebih-lebih pebgetahuan alam semesta perlu ilmu pengetahuan yang pasti dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara lebih objektif.
"Syekh Yusuf Qaradhawi juga melalui karya-karyanya terbaru banyak mempromosikan pandangan keislaman yang wasathiyyah,"terang dia.
Syekh Yusuf Qaradhawi telah mengajak umat Islam agar maju dan tengahan dalam beragama, serta tidak fanatik dan ekstrem. Termasuk dalam ideologi dan politik, beliau memiliki pandangan yang tengahan dengan dasar argumentasi nash yang kuat.
Karyanya tentang jihad yang sangat tebal juga memahamkan tentang jihad multiaspek yang memerlukan pemahaman dan konteks yang luas. Bersama dengan itu, tambah Haedar, Syekh Yusuf juga mengajak umat Islam untuk hadir dan mampu menjawab tantangan zaman yang kompleks saat ini.
"Beliau ulama klasik yang mampu membaca dan berwawsan maju di tengah kehidupan modern dengan pandangan inklusif dan kosmopolitan,"terangnya.
Ulama dan kader Islam muda di manapun saat ini penting belajar dan mengikuti jejak hidup dan pemikiran ulama besar ini. Bila ulama sepuh berpikir keislaman yang maju dan tengahan, maka terasa jumud manakala ulama-ulama muda Islam saat ini masih ada yang berpikiran konservatif dan ekslusif.
(Fakhrizal Fakhri )