Adapun roket kedua dijadwalkan untuk diluncurkan pada Kamis (27/10/2022) waktu setempat dan akan melakukan 13 eksperimen tambahan yang dirancang untuk menginformasikan pengembangan senjata hipersonik.
Data yang dikumpulkan dari tes ini akan membantu dalam pengembangan sistem hipersonik Prompt Strike Konvensional Angkatan Laut dan Senjata Hipersonik Jarak Jauh Angkatan Darat. Kedua program ini akan menggunakan Common Hypersonic Glide Body, sebuah proyektil yang dibawa di atas roket pendorong yang meluncur menuju targetnya dengan kecepatan lebih dari Mach 5.
Senjata hipersonik bergerak dengan kecepatan lebih dari Mach 5, atau sekitar 4.000 mil per jam, membuatnya sulit untuk dideteksi dan dicegat tepat waktu. Rudal juga dapat bermanuver dan memvariasikan ketinggian, memungkinkan mereka untuk menghindari sistem pertahanan rudal.
Pentagon telah menjadikan pengembangan senjata hipersonik sebagai salah satu prioritas utamanya setelah China melakukan peluncuran hipersonik yang sukses tahun lalu dan Rusia telah mulai menggunakan rudal hipersonik dalam perangnya di Ukraina.