3. Jenderal Soedirman
Jenderal Soedirman adalah tokoh yang memimpin perang gerilya untuk mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia. Saat itu, Soedirman sedang menderita sakit paru-paru (TBC), namun dirinya tetap berjuang demi kemerdekaan Indonesia.
Saat Belanda melanggar perjanjian Renville, Soedirman tidak tinggal diam. Ia diincar oleh Jenderal Simons Spoor, panglima tentara Belanda yang memimpin Agresi Militer II. Panglima tentara Belanda menyerang Yogyakarta saat masih menjadi ibu kota Indonesia.
Soedirman pun diperintah untuk istirahat dan bersembunyi oleh Presiden Soekarno. Namun dirinya memilih melakukan perang gerilya dengan dibantu tandu. Usaha dan pengorbanannya tidak sia-sia karena berhasil mengelabui pihak Belanda.
Serangan Soedirman dikenal sebagai peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949. Soedirman, Panglima besar TNI pertama, lahir di Purbalingga, 24 Januari 1916. Ia dikenal dengan jiwa pantang menyerah demi membela bangsa.
4. Sultan Hamengkubuwono IX
Sultan Hamengku Buwono IX, yang lahir pada 12 April 1912, adalah Raja Kesultanan Yogyakarta. Ia dinobatkan sebagai raja pada 1940, setelah ayahnya mangkat. Ketika itu, Sultan Hamengku Buwono IX baru kembali ke Indonesia, tepatnya pada tahun 1939, usai menyelesaikan pendidikan di Belanda. Setelah Proklamasi Kemerdekaan, Sultan Hamengkubuwono IX segera menyatakan bahwa Kesultanan Yogyakarta berada di dalam naungan NKRI.
Peran Sultan Hamengkubuwono IX dalam perjuangan Indonesia, terutama dalam mempertahankan kemerdekaan, tak perlu diragukan. Ia menyediakan Yogyakarta sebagai Ibu Kota Republik Indonesia pada tahun 1946, ketika kondisi Jakarta tidak memungkinkan sebagai tempat menjalankan roda pemerintahan. Bahkan, sang Sultan menyumbangkan bantuan, baik moril maupun materil, demi terselenggaranya pemerintahan. Sultan Hamengkubuwono IX juga merupakan tokoh inisiator Serangan Umum 1 Maret 1949. Kapabilitasnya dalam diplomasi antara Pemerintah RI dan Kerajaan Belanda juga diakui di tengah upaya mendapatkan pengakuan kedaulatan dari Belanda.
5. Daan Mogot
Nama Daan Mogot mungkin kurang dikenal dalam perjuangan kemerdekaan. Tokoh yang namanya dijadikan nama jalan di Jakarta Barat ini merupakan pejuang pada Pertempuran Lengkong yang terjadi di Desa Lengkong Wetan, Kecamatan Serpong, Tangerang.
Aksi tersebut bertujuan untuk melucuti senjata tentara Jepang. Daan Mogot dan pasukan menjalani misi itu karena tidak ingin kawasan Parung dikuasai oleh pasukan NICA (Netherlands Indies Civil Administration) pada 24 Januari 1946.
Daan Mogot juga tergabung sebagai anggota Pembela Tanah Air (PETA) di Bali dan Jakarta pada 1942-1945. Pemuda ini lahir pada 28 Desember 1927 dan wafat saat berusia 18 tahun pada Pertempuran Lengkong.
Risa Maharani Putri – Litbang MPI
(Arief Setyadi )