SINGAPURA - Seorang pria yang dijatuhi hukuman mati melalui Zoom karena memperdagangkan diamorfin atau heroin murni telah dibebaskan dari dakwaan, setelah Pengadilan Tinggi mempertimbangkan bukti baru yang menunjukkan penuntutan tidak membuktikan kasusnya.
Dalam putusan yang dikeluarkan pada Senin (31/10/2022), pengadilan membebaskan Punithan Genasan dari Malaysia dari satu tuduhan perdagangan 28,5 gram diamorfin di tempat parkir West Coast McDonald's pada Oktober 2011 dengan memperkenalkan dua kurir satu sama lain.
Punithan telah dijatuhi hukuman mati pada Mei 2020. Dia menjadi orang pertama yang diberikan hukuman selama pandemi Covid-19.
Baca juga: Perjuangan Ibu Selamatkan Anaknya dari Hukuman Mati karena Selundupkan Heroin
Dikutip CNA, kurir bernama V Shanmugam Veloo asal Malaysia dan Mohd Suief Ismail asal Singapura, telah ditangkap oleh petugas Biro Narkotika Pusat pada 28 Oktober 2011, setelah Suief masuk ke mobil Shanmugam. Zat granular yang mengandung setidaknya 28,5 g diamorfin kemudian ditemukan di antara barang-barang mereka.
Baca juga: Divonis Hukuman Mati di Singapura, Penyelundup Heroin dengan IQ Rendah: Ma...
Punithan terlibat selama penyelidikan kasus kedua pria itu. Adapun Shanmugam menuduh Punithan sebagai dalang yang mengkoordinasikan transaksi narkoba.
Tidak disangkal bahwa transaksi narkoba dengan dua kurir itu memang terjadi. Shanmugam dijatuhi hukuman penjara seumur hidup dan 15 cambukan, sementara Suief dijatuhi hukuman mati.
Namun, pertanyaan penting dalam banding tersebut adalah apakah ada pertemuan antara keduanya dengan Punithan pada 12 Oktober 2011. Hal ini terkait dengan dugaan hubungan antara Punithan dan transaksi narkoba yang terjadi kemudian pada 28 Oktober 2011.
Pengadilan mengatakan penuntut harus membuktikan tanpa keraguan bahwa pertemuan untuk memperkenalkan kurir satu sama lain memang terjadi, untuk membuktikan tuduhan Punithan,
Ketua Hakim Sundaresh Menon dan Hakim Andrew Phang dan Tay Yong Kwang mengatakan ada perbedaan bukti tentang tanggal dan waktu tentang pertemuan yang seharusnya di persidangan ini.
Punithan diwakili oleh tim pengacara dari K&L Gates Straits Law, yang dipimpin oleh Senior Counsel Narayanan Sreenivasan. Pengacaranya memperkenalkan bukti baru termasuk pernyataan investigasi dari Shanmugam dan Suief, laporan jejak panggilan Singtel untuk telepon Suief dan catatan pergerakan perjalanan ICA untuk Shanmugam, serta ibu angkat dan putri angkatnya.
Menurut pernyataan Suief pada akhir Oktober 2011, pertemuan itu berlangsung sekitar pukul 17.00 waktu setempat plus di malam hari. Shanmugam, bagaimanapun, mengklaim pada 31 Oktober 2011 bahwa pertemuan itu terjadi antara pukul 13.00 waktu setempat dan 15.00 waktu setempat.
Hakim Tay, yang menyampaikan putusan atas nama panel tiga hakim, mengatakan baik dalam pernyataan maupun kesaksian lisan mereka, tidak satu pun dari mereka yang menyinggung kemungkinan bahwa pertemuan itu bisa terjadi di pagi hari.
Namun, hakum menjelaskan menurut catatan pergerakan perjalanan ICA, pertemuan itu hanya bisa dilakukan pada dini hari tanggal 12 Oktober 2011.
"Oleh karena itu, masih ada keraguan yang masuk akal mengenai waktu pertemuan pendahuluan yang dituduhkan dan oleh karena itu keraguan yang masuk akal tentang apakah kurir benar-benar bersaksi tentang pertemuan 12 Oktober 2011," terang Hakim Tay.
Dia menambahkan bahwa pertemuan itu adalah "elemen penting" dalam tuduhan terhadap Punithan.
Mengutip "keadaan unik dari kasus ini", dia mengatakan tuduhan itu tidak terbukti tanpa keraguan karena ada keraguan yang masuk akal apakah pertemuan itu terjadi pada pagi hari tanggal 12 Oktober 2011.
Hakim Tay menekankan bahwa keputusan dalam banding ini difokuskan pada pertemuan dan tidak memiliki pengaruh apa pun pada keyakinan dan banding para kurir, yang ditemukan memiliki narkoba dan dalam proses mendistribusikannya.
(Susi Susanti)