JAKARTA - Malaysia merupakan negara federal di Asia Tenggara yang memiliki 13 negara bagian dan satu wilayah persekutuan. Negara ini terdiri dari beberapa kelompok atau suku asli yang telah mendiami selama ribuan tahun lamanya.
Sebelum merdeka, Malaysia pernah dijajah oleh Inggris di Semenanjung Malaya pada 1786. Pada 1824, Traktat London resmi membagi kepemilikan Malaya untuk Inggris dan Indonesia untuk Belanda. Selama abad ke-19, Inggris memiliki pengaruh yang besar karena telah membantu untuk menyelesaikan konflik internal negara-negara Melayu. Ketika Jepang menginvasi Malaya, semangat rakyat untuk memperjuangkan kemerdekaan pun tumbuh.
Negara ini mendapatkan kemerdekaannya dari Inggris pada 31 Agustus 1957. Lantas, bagaimana sejarah berdirinya Malaysia untuk mendapatkan kemerdekaannya? Yuk simak pembahasannya.
Melansir dari situs Pemerintahan Malaysia, sejarah berdirinya Malaysia dimulai dari Kesultanan Malaka yaitu sekira tahun 1400 Masehi.
Pada masa kejayaannya, wilayah kesultanan meliputi sebagian besar Pantai Timur Semenanjung Malaysia dan Sumatera. Malaka muncul sebagai Pemerintahan yang gemilang karena letaknya yang strategis yang merupakan titik pertemuan antara Asia Timur dan Timur Tengah. Situasi ini memungkinkan Malaka muncul sebagai pusat perdagangan utama untuk perdagangan rempah-rempah, terutama di Asia Tenggara. Islam adalah agama utama yang muncul dan menjadi agama utama penduduk karena Penguasa sendiri yang menganut agama tersebut.
Pada 1511, Malaka jatuh ke tangan Portugis dan itulah awal dari era penjajahan di Malaya. Setelah itu, Malaya jatuh ke tangan Belanda pada tahun 1641 dan Inggris pada 1824 melalui Perjanjian Anglo-Belanda. Penjajahan Inggris adalah yang terpanjang dibandingkan dengan yang lain. Inggris telah mengintegrasikan semua administrasi Melayu yang sebelumnya dikelola oleh Penguasa Melayu dengan bantuan pejabat negara. Intervensi Inggris telah menimbulkan ketidakpuasan di antara penduduk setempat. Beberapa individu bangkit melawan kolonial namun dengan mudah dikalahkan oleh Inggris karena upaya mereka lebih ke arah individualitas. Di antara para pahlawan yang melawan penjajah adalah Dol Said, Tok Janggut, Datuk Bahaman, Rentap, Dato Maharajalela, Rosli Dobi dan beberapa lainnya.
Selama periode 1920-an dan 1930-an, banyak penduduk Malaya yang mulai mengenyam pendidikan, baik dari Timur Tengah maupun pendidikan lokal. Akibatnya, kelompok terpelajar ini muncul untuk berjuang atas nama nasionalisme. Mereka menggunakan media seperti koran dan majalah untuk menyebarkan ideologi mereka. Di antara mereka juga ada yang membentuk Perhimpunan seperti Kesatuan Melayu Muda (KMM) dan Kesatuan Melayu Singapura (KMS) yang bertujuan mengusir penjajah dan membentuk pemerintahan sendiri.
Ketika rakyat negeri itu begitu ingin mengakhiri invasi, mereka dikejutkan dengan pendaratan Jepang di penghujung 1941 yang membawa Malaya ke era kolonial lagi. Jepang pernah menduduki Malaya sampai 1945 sebelum menyerah akibat pengeboman Hiroshima dan Nagasaki.
Pengunduran diri Jepang telah memberi ruang kepada Partai Komunis Malaya (PKM) untuk menguasai Malaya. PKM telah melancarkan serangan ke Malaya melalui kekerasan, mereka telah membunuh tiga manajer pertanian karet Eropa di Sungai Siput, Perak. Dengan demikian, pada bulan Juni 1948, Sir Edward Gent telah mengumumkan keadaan darurat atas Malaya. PKM tidak berhasil Malaya dan Inggris kembali berkuasa. Administrasi Militer Inggris atau BMA adalah antara akhir Perang Dunia II dan pembentukan Persatuan Malaya. Pada 1 April 1946, Inggris mendirikan Persatuan Malaya. Namun, ide ini mendapat perlawanan dari orang Melayu untuk penghapusan institusi kerajaan dan hak istimewa orang Melayu.
Kemunculan Tunku Abdul Rahman telah memberi hikmah bagi perjuangan kaum nasionalis Melayu ketika aksinya membentuk Partai Aliansi mulai membuka mata Inggris untuk mengizinkan orang Melayu memerintah negaranya sendiri. Persatuan antara tiga kelompok etnis besar yaitu Melayu, Cina dan India menyebabkan Perjanjian London yang ditandatangani pada tanggal 8 Februari 1956 dan telah memberikan tanda-tanda bahwa Malaya akan mencapai kemerdekaan pada 31 Agustus 1957.
Sekembalinya Tunku Abdul Rahman Al-haj dari London Tunku telah membuat deklarasi kemerdekaan Malaya di Padang Bandar Hilir, Melaka pada tanggal 20 Februari 1956. Pada 27 Mei 1961, Tunku Abdul Rahman Putra Alhaj telah mengusulkan penggabungan lima koloni yaitu Malaya, Singapura, Sabah, Sarawak dan Brunei untuk membentuk sebuah negara baru.
Pada 9 Juli 1963, perwakilan pemerintah Inggris, Malaya, Sabah, Sarawak dan Singapura kecuali Brunei menyebabkan hal tersebut tidak dapat dihindari. Keinginan untuk membentuk negara yang disebut MALAYSIA tercapai pada 16 September 1963.
(Rahman Asmardika)