“Teknologi itu sangat penting, jadi kami mengembangkan lebih banyak teknologi dalam hal pemanfaatan limbah panas. Selain itu kami juga memiliki sejumlah inisiatif untuk mengoptimalkan aliran dan emisi,” ucapnya.
Selanjutnya, Dr. Dong Sub Kim menjelaskan bahwa transisi energi merupakan optimasi campuran optimal dari berbagai energi, misalnya minyak, gas, dan solar itu akan tergantung pada masing-masing negara.
Tiga hal yang menjadi pendukung utama dalam transisi energi yaitu teknologi inovatif dan kerja sama atau kolaborasi. Hal tersebut diaminkan oleh Oki bahwa kolaborasi dari berbagai pihak menjadi kunci dari keberhasilan transisi energi di suatu negara bahkan dunia. Monti Rawanchaikul menjelaskan faktor pendukung lainnya yaitu investasi dan pendanaan.
Pertamina terus berkomitmen untuk menargetkan pengurangan Karbondioksida (CO2) sebesar 25 - 30 juta ton pada 2060. Hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintah yang menargetkan pada 2030 penurunan emisi sebesar 31.89 persen dengan usaha sendiri atau 43.20 persen dengan bantuan internasional sesuai dengan Enhanced National Determined Contribution (NDC) terbaru dan aspirasi net zero emission (NZE) Indonesia pada 2060 atau lebih cepat.
(Agustina Wulandari )