“Gubernur Suryo mempunyai keputusan tanggal 9 November jam 23.00 WIB kala itu, melalui Radio Surabaya di Jalan Embong Malang, beliau berpidato yang terkenal dengan komando keramat,” jelas periset perang dari Begandring Soerabaia ini.
“Dari pidato itu Gubernur Suryo memutuskan rakyat Surabaya akan menerima tantangan tentara Inggris (berperang) pidato itu diakhiri dengan kata-kata, ‘selamat berjuang’,” imbuh Achmad Zaki.
Lalu kenapa peran Gubernur Suryo dan pejuang lainnya tidak nampak dibandingkan peran Bung Tomo? Zaki menyebut Bung Tomo yang kala itu menjadi jurnalis di radio pemberontakan. Bung Tomo-lah yang kerap kali berpidato dan membakar semangat arek-arek Surabaya.
“Karena beliau (Gubernur Suryo) tidak sering berpidato, yang banyak berpidato adalah Bung Tomo, punya sarana sendiri, radio pemberontakan. Beliau (Bung Tomo) seorang orator dan wartawan yang punya sarana sendiri yakni radio pemberontakan,” bebernya.