"Ada laporan yang menggambarkannya sebagai tuli dan berbicara dengan keras," kata Prof Tunbridge, "tetapi tidak diketahui persis bagaimana situasinya."
Apa yang diketahui bahwa pada tahun 1818 sudah sulit baginya untuk memahami ucapan orang, jadi dia memintanya untuk menulis pertanyaan-pertanyaannya dan komentarnya.
Ada anekdot yang terekam di akhir hidupnya yang menunjukkan bahwa Beethoven masih bisa menangkap suara tertentu, meski dengan cara yang halus, seperti saat ia terkejut mendengar jeritan bernada tinggi.
Musik sebagai rangkaian getaran
Yang menambah rasa frustrasi karena tidak bisa menikah adalah ia juga tidak bisa mendengar.
Tapi ia tidak hanya terus mengarang musik, Beethoven juga menciptakan beberapa karyanya yang paling ekspresif, mengharukan, dan eksperimental.
Dalam Heiligenstadt Testament, "Beethoven memutuskan bahwa hidup terus memiliki nilai, bahwa ia akan terus mengarang, dan bahwa musiknya akan menyelamatkannya," kata Prof Tunbridge.
Karena keunggulan instrumen Beethoven adalah piano, ia terus mengarang musik dengan instrumen itu, dengan bantuan berbagai perangkat yang ditambahkan untuk memperkuat suara.
Meski begitu, instrumen Beethoven yang paling kuat adalah otaknya.
"Anda harus ingat bahwa musisi sangat bergantung pada imajinasi mereka, bahwa mereka dapat mendengar suara di kepala mereka, dan bahwa Beethoven telah menciptakan musik sejak masa kanak-kanak," jelas Prof Tunbridge.
"Mungkin dia tidak bisa mendengar dunia luar, tetapi tidak ada alasan untuk berpikir bahwa kemampuan mendengarkan musik dalam pikirannya memburuk atau kreativitas musiknya berkurang," tambah profesor itu.
Di luar keputusasaan menulis musik yang tidak dapat didengar telinganya, Beethoven menghadapi tantangan baru: memperkaya karyanya dengan kekuatan dan ekspresi fisik yang belum pernah dialami sebelumnya.
Faktanya, beberapa penafsir modern menganggap bahwa ketulian meningkatkan bakat musiknya dalam banyak hal.
"Jika Anda tidak dapat mendengar dengan baik, Anda bergantung pada energi musisi untuk mengekspresikan musik Anda," kata komposer Inggris, Richard Ayres, kepada BBC.
Ayres, yang juga tuna rungu dan menulis karya yang terinspirasi oleh Beethoven, berkata bahwa maestro hebat tersebut membuat "musik yang lebih bersemangat, garis musiknya lebih menonjol dan lebih jelas" dengan ketebatasannya.
Itulah yang diminta Beethoven dari para musisi - dia bisa melihat gerakan tubuh mereka dan energi yang mereka berikan untuk penampilan mereka, kata Ayres.
Musiknya mendapatkan kualitas yang berdetak kuat, yang membawanya ke tempat-tempat tak terduga yang menghasilkan momen-momen yang tak terduga dan mengharukan, seperti yang dicontohkan oleh karya terakhirnya.
"Heiliger Dankgesang" miliknya (kuartet senar No.15, Opus 132) misalnya, adalah karya yang sangat menggembirakan, diciptakan sebagai rasa syukur kepada Tuhan karena telah membantunya sembuh dari penyakit.
(Qur'anul Hidayat)