“Saya kira ini bisa dilihat dari tempat dia bersekolah, dari nilainya. Dia tidak pernah bersekolah di sekolah elit untuk menjadi sarjana atau pasca sarjana. Jadi saya kira ia memiliki kecerdasan rata-rata, tetapi jelas ia telah memasukkan hal itu dalam kepresidenannya. Ia unggul dari segi kepribadian,” ungkapnya.
Pada 2006, psikolog sekaligus profesor emeritus di Departemen Psikologi Universitas California, Dean Simonton mulai mengukur kecerdasan Presiden AS dengan memperkirakan tingkat IQ mereka. Kecemerlangan intelektual dan keterbukaan atas pengalaman yang dimiliki adalah sebagian faktor yang digunakan Simonton untuk mendapatkan gagasan tentang presiden mana yang benar-benar genius.
Meskipun John Quincy Adams, yang lulusan Harvard, memiliki IQ 175, Simonton mengatakan panglima tertinggi ketiga AS, Thomas Jefferson yang hany memiliki IQ 160, sesungguhnya adalah genius sejati dengan banyak pencapaian di berbagai bidang.
“Dia penulis hebat. Sebagaimana yang Anda ketahui, dia adalah penulis utama Deklarasi Kemerdekaan. Dia arsitek yang hebat, yang tidak hanya merancang rumahnya sendiri, tetapi juga kampus asli Universitas Virginia. Dia seorang ahli teori politik. Dia menulis banyak teori politik yang menjadi dasar Konstitusi kita,” terangnya.
“Dia adalah seorang ilmuwan Alkitab. Dia juga pelopor dalam pertanian, termasuk soal menanam anggur untuk minuman anggur. Dan tentu saja, Jefferson adalah diplomat dan presiden. Yang hebat. Jadi dia adalah sosok yang sangat luar biasa secara intelektual,” lanjutnya.