Pada bagian bawah dokumen terdapat nama tujuh laki-laki yang dieksekusi mati, termasuk Hideki Tojo.
Mayor Frierson menulis bahwa dia menyaksikan eksekusi mati tersebut. Dia lalu naik ke pesawat, bersama abu jenazah yang ditempatkan di guci terpisah.
Mereka terbang sejauh 48 kilometer ke arah Samudera Pasifik, di sisi timur Yokohama. Di titik itulah, kata Frierson, dia menyebar abu jenazah tersebut.
Frierson berkata pula dalam dokumen itu bahwa alat kremasi yang digunakan lantas dibersihkan secara keseluruhan dari sisa abu jenazah.
Perawatan khusus dilakukan untuk mencegah partikel terkecil dari abu jenazah itu tertinggal di dalam alat kremasi.
Akademisi yang meneliti berkas ini, Hiroaki Takazawa, menyebut pejabat AS ketika itu bertekad menghentikan orang-orang menemukan abu jenazah Tojo.
"Selain mencegah agar jenazah Tojo tidak diagungkan, menurut saya, militer AS bersikeras tidak membiarkan jenazah itu kembali ke Jepang untuk menghina negara itu," kata Takazawa kepada kantor berita Associated Press.
Walau jenazah mereka tidak dapat dikubur, orang-orang yang dieksekusi itu diabadikan di Kuil Yasukuni yang kontroversial di Jepang.
Kuil Shinto tersebut didedikasikan untuk sekitar 2,5 juta laki-laki, perempuan, dan anak-anak Jepang yang meninggal untuk negara mereka sejak didirikan pada tahun 1869.
Terdapat 14 penjahat perang Kelas A yang dihukum, termasuk Tojo, yang dikenang di kuil tersebut.
(Nanda Aria)