Ragam fauna di zona bersalju dan sekitarnya
Dingo, si anjing bernyanyi Papua
Hewan liar ini dipercaya Suku Moni sebagai sang penjaga gunung yang dapat berubah menjadi manusia di malam hari.
Anjing yang warna kulitnya kuning kecokelatan ini dapat bernyanyi dan tidak menggonggong seperti laiknya anjing lain.
Secara ilmiah, hewan karnivora ini tengah diuji genetik untuk mengetahui spesiesnya.
Mbaiso, si kanguru pohon
Mbaiso hanya memakan pucuk pohon tertenu dan buah tertentu. Habitatnya yang makin sempit membuat hewan ini makin terancam.
Bagi Suku Moni, hewan ini termasuk "jagoan" di kalangan hewan lainnya.
Cerita moyang menjelaskan, ia menang dalam adu kekuatan pada festival hewan.
Isap madu elok
Burung penghisap madu ini disebut Macgregoria pulchra. Tubuhnya hitam dan area di sekitar matanya berwarna kuning atau oranye.
Are jelajah spesis ini terbatas, hanya di zona sub alpin hingga batas alpin. Jumlahnya pun sedikit dan tidak akan ditemui di dataran rendah.
Crested berrypecker
Burung pemakan buah beri ini ditemukan di ketinggian 2.000-3.000 mdpl.
Pada musim tertentu, ia akan bermigrasi ke daerah bersalju, dari puncak satu ke puncak lainnya.
Jenis yang ditemukan di Papua ini berwarna hitam dengan moncong berwarna kuning atau oranye.
Burung puyuh Jayawijaya
Burung bernama latin Anurophasis monorthonyx ini berwarna kuning kecoklatan. Jenis yang lain berwarna hitam putih juga ditemukan, warga lokal menyebutnya Deku Belang.
Pada musim panas, mereka bermain ke area bersalju dan kembali ke habitatnya pada ketinggian di atas 3.000 mdpl untuk mencari makan.
Ragam flora, dari zaman purba hingga kini
Pakis purba
Nama latinnya yakni Gigantea. Tanaman ini tidak ditemukan di area bersalju, tapi sudah di zona alpin.
Taman Nasional Lorentz mencatat, tumbuhan ini ditemukan sekitar 438 juta tahun yang lalu, masa ketika ditemukan manusia pertama, tumbuhan berbunga, dinosaurus, dan lainnya.
Phyllocladus sp
Tanaman ini memiliki daun yang tebal. Menurut catatan sejarah, ia juga termasuk spesies peninggalan benua purba Gondwana sekitar 500 juta tahun yang lalu.
Ini adalah jenis tanaman unik yang dijaga kelestariannya di Taman Nasional Lorentz.
Tussock alpin
Jenis rerumputan ini khas ditemukan di daerah dengan ketinggian 4.000-4.500 mdpl.
Dari area bersalju, jaraknya hanya 300 mdpl. Jika salju menghilang, maka rumput ini akan tumbuh.
Kayu china Podocarpus
Jenis tanaman ini bisa tumbuh hingga 10-15 meter, atau bahkan lebih. Daunnya tebal dan batangnya kuat.
Masyarakat Suku Dani di Papua menggunakan batang pohon ini untuk membangun rumah.
Mencairnya salju berdampak terhadap satwa dan tanaman di atas.
"Seleksi alam akan berjalan. Ada tumbuhan dan satwa liar yang tidak bertahan dengan perubahan iklim dan mungkin saja masuk ke kategori terancam punah," kata Acha.
Ancaman perubahan iklim pun nyata. Kesepakatan Paris pada 2016 lalu meminta para pihak untuk menekan angka kenaikan suhu jauh di bawah 2°C.
Saat ini, Taman Nasional Lorentz berupaya merehabilitasi dan memulihkan ekosistem yang terganggu di wilayah seluas 300 hektare.
Mereka menanam tumbuhan endemik untuk menghijaukan kembali area di dalam taman nasional dan di pemukiman kampung di sekitarnya.
"Kalau es hilang, saya sedih, kami punya sejarah yang panjang dengan alam di masyarakat. Tempat pengambilan air di sungai, mungkin saja terdampak. Hewan langka mungkin kena dampak juga, seperti Dingo. Dia biasanya hidup di daerah dingin dan tidak tinggal di kampung biasa," ujar Maximus menutup cerita.
(Natalia Bulan)