Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Ketika Tim Kopassus Pantau Kegiatan HUT Republik Maluku Selatan di Belanda

Fahmi Firdaus , Jurnalis-Selasa, 20 Desember 2022 |05:04 WIB
 Ketika Tim Kopassus Pantau Kegiatan HUT Republik Maluku Selatan di Belanda
Anggota Kopassus (foto: dok ist)
A
A
A

PASUKAN elite TNI AD, Komando Pasukan Khusus (Kopassus) ternyata tak hanya beroperasi di dalam negeri, tetapi malang melintang di luar negeri. Salah satunya di Belanda.

Dikutip Okezone dalam buku Kopassus untuk Indonesia, karangan Iwan Santosa dan E.A Natanegara. Prajurit Kopassus terpilih memantau langsung kiprah warga keturunan Maluku di Parlemen Belanda.

Salah satunya Sam Formes, anggota parlemen dari Partai Greolinks. Dia diketahui aktif menjadi mediator untuk mengkader generasi penerus Republik Maluku Selatan (RMS) di Negeri Kincir Angin tersebut.

 BACA JUGA:Cerita Mistis Prajurit Kopassus 18 Hari Hilang di Hutan Papua, Ditemani Tiga Makhluk Gaib

Secara keseluruhan didapati kekuatan pengikut RMS mulai berkurang karena terpecah belah. Apalagi dalam era demokrasi dan keterbukaan sekarang, tindak kekerasan untuk memaksakan kehendak, tidak lagi popular di Belanda dan Indonesia.

Saat itu, Suhartoyo bersama Tim Kopassus memantau langsung perayaan HUT RMS-ke55 tahun 2005 di Gedung Congres Centrum Den Haag dan HUT RMS ke-56 tahun 2006 di Gedung RAI Amsterdam.

 BACA JUGA:Kisah Horor Prajurit Kopassus Tersesat di Hutan Papua, Dipijiti Makhluk Halus

Wakil Presiden RMS Watilette yang mewakili Presiden RMS Tutuhatunewa berusaha memotivasi anggota RMS untuk tetap memperjuangkan gagasan mendirikan negara sendiri. Watilette mengakui kondisi keuangan RMS sedang kritis sehingga harus meminta sumbangan dari anggota, Yayasan, organisasi dan gereja karena mereka sudah tidak lagi mendapat bantuan sumbangan dari Pemerintah Belanda.

"Gangguan kelompok separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM) tutut dipantau di Belanda. Meski jumlah aktivis OPM hanya sekitar 1.000 orang,” ujar Suhartoyo, kegiatan yang mereka lakukan mampu menarik perhatian publik.

“Semisal bulan Mei 2003, mereka mengadakan kongres Papua di Kota Leiden. Lalu pada tanggal 15 November 2005 mereka mendompleng acara peluncuran buku sejarah Papua karya Profesor PJ. Drooglever di Perpustakaan Negara di Den Haag. Mereka berusaha memasukan isu kemerdekaan Papua sebagai agenda pembahasan di Uni Eropa,” kata Suhartoyo.

(Awaludin)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement