KABUL - Pemerintahan yang dikelola Taliban Afghanistan mengatakan pada Kamis, (22/12/2022) membela keputusannya untuk menutup universitas untuk perempuan. Menurut Taliban, keputusan itu diambil karena para siswa perempuan tidak mematuhi interpretasinya tentang aturan berpakaian Islami.
Mahasiswa perempuan ditolak masuk kampus pada Rabu, (21/12/2022) dan kementerian pendidikan tinggi mengatakan akses mereka akan ditangguhkan "sampai pemberitahuan lebih lanjut". Langkah tersebut memicu kecaman keras dari pemerintah asing dan kritik dari beberapa warga Afghanistan, yang memicu protes di kota-kota Afghanistan.
Penjabat Menteri Pendidikan Tinggi Taliban Nida Mohammad Nadim, dalam komentar pertamanya tentang masalah tersebut, mengatakan kepada penyiar negara Afghanistan RTA bahwa beberapa masalah telah mendorong keputusan tersebut, termasuk siswa perempuan yang tidak mengenakan pakaian Islami yang pantas dan interaksi antara siswa dari jenis kelamin yang berbeda terjadi.
"Mereka tidak memperhatikan Hijab (aturan berpakaian wanita Islami), mereka datang dengan pakaian yang kebanyakan wanita pakai untuk pergi ke pesta pernikahan," kata Nadim sebagaimana dilansir Reuters.
Menteri Luar Negeri Amerika Seriukat (AS) Antony Blinken mengatakan Taliban mencoba untuk menghukum wanita Afghanistan "untuk masa depan yang gelap tanpa kesempatan" dengan melarang mereka menghadiri universitas. Dia meminta Taliban untuk membatalkan larangan tersebut.
Pasukan pimpinan AS menarik diri dari Afghanistan pada Agustus 2021 setelah 20 tahun perang ketika bekas pemerintah yang didukung Barat runtuh dan militan, yang menerapkan interpretasi Islam yang ketat, merebut Kabul.