ISTANBUL - Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) menuntut penolakan yang keras dilakukan terhadap pembakaran Al Quran baru-baru ini yang marak terjdi di Swedia, Belanda, dan Denmark.
Pada Selasa (31/1/2023), kelompok negara-negara Muslim itu menyatakan sikap bersama terkait pembakaran Al Quran, melalui pernyataan yang dikeluarkan setelah pertemuan luar biasa di Jeddah, Arab Saudi.
Pertemuan itu membahas kemungkinan tindakan yang dapat diambil oleh OKI terhadap para pelaku serangan Islamofobia yang keji.
BACA JUGA: Erdogan: Swedia Tak Bisa Gabung dengan NATO Jika Izinkan Pembakaran Al-Qur'an
Sekretaris Jenderal OKI Hissein Brahim Taha kembali mengungkapkan kekecewaannya atas tindakan provokatif yang dilakukan oleh kalangan aktivis sayap kanan.
BACA JUGA: Swedia Tidak Menghukum Politikus yang Bakar Al Quran, Ternyata Ini Alasannya
Sekjen menekankan bahwa aksi tersebut adalah tindakan kriminal yang dilakukan dengan niat utama untuk menargetkan umat Islam, untuk menghina agama, nilai, dan simbol suci mereka.
"Pemerintah terkait harus mengambil tindakan penolakan yang keras, terutama karena provokasi semacam itu telah dilakukan berulang kali oleh para ekstremis sayap kanan di negara mereka," kata Taha dalam pernyataan OKI, dikutip Antara.
Dia menegaskan bahwa tindakan yang sengaja menodai Al Quran dan menghina Nabi Muhammad (SAW) tidak boleh dilihat sebagai insiden Islamofobia biasa.
Mengingat tindakan tersebut merupakan penghinaan langsung terhadap 1,6 miliar umat Muslim di dunia, Taha menuntut agar semua pemangku kepentingan mengambil tindakan tegas agar provokasi serupa tidak terulang kembali di masa depan.
Pekan lalu, ekstremis Denmark-Swedia Rasmus Paludan dan Edwin Wagensveld, seorang politikus sayap kanan Belanda sekaligus pemimpin kelompok Islamofobia Pegida, secara terpisah membakar kitab suci Islam di Swedia, Belanda, dan Denmark.
(Susi Susanti)