"Berjalan di sepanjang garis pantai pada hari yang berkabut, Anda akan merasakan masa lalu dan masa kini berbaur dalam ruang batas yang aneh di antara darat dan laut ini."
Namun, para ahli mengira kota tua tersebut sudah lama hancur oleh ombak dan hanyut.
Hingga ketika bukti mulai bermunculan bahwa legenda "Atlantis dari Inggris" bukan sekadar dongeng fantasi, melainkan Dunwich abad pertengahan, setidaknya sebagian dari masa kejayaan sebelumnya, ada di luar sana, hanya beberapa meter dari pantai.
Sejak sekitar tahun 1960-an, para nelayan mulai melaporkan bahwa jaring mereka tersangkut sesuatu di bawah permukaan air tempat kota tua tersebut pernah berdiri.
Berbagai laporan ini mendorong arkeolog kelautan lokal dan Stuart Bacon, seorang penyelam, untuk mencari sisa-sisa gereja terakhir yang hanyut oleh laut: All Saints, yang akhirnya jatuh dari tebing pada tahun 1911.
Meskipun Laut Utara agresif dan biasanya memiliki jarak pandang yang hampir mencapai nol, Bacon tetap bertahan.
Pada suatu hari cerah yang jarang terjadi pada 1972, dia melihat menara gereja menjulang di atas air, tertutupi bunga karang merah muda dan dipenuhi kepiting dan lobster.
Penyelaman berikutnya juga berhasil menemukan reruntuhan gereja lain, yakni St. Peter's.
Namun baru beberapa dekade kemudian, ketika survei penuh terhadap dasar laut memberikan gambaran yang jauh lebih lengkap tentang apa yang ada di bawah ombak.
David Sear, seorang profesor di Departemen Geografi dan Ilmu Lingkungan Universitas Southampton, kerap berlibur di Dunwich ketika masih kanak-kanak.