TURKI - Setelah kehilangan dan kehancuran akibat gempa dahsyat yang terjadi 6 Februari lalu di Turki dan Suriah, Ramadhan pada tahun ini akan terasa berat bagi semua orang di wilayah tersebut.
Pada malam hari di Gaziantep, Turki, beberapa orang masih merasakan dunia bergetar, mereka khawatir gempa akan terjadi lagi.
Selama Ramadhan yang lalu, bangun untuk sahur, makan sahur, dulunya merupakan hal yang indah. Namun, hari ini, ketika bangun sahur, beberapa orang merasa ketakutan itu tidak akan hilang begitu saja.
Salah satu cerita ini dikisahkan petugas bantuan kemanusiaan internasional yang berada di Turki sekaligus warga Suriah, Weam Ghazal.
Ramadhan adalah waktu yang istimewa bagi umat Islam. “Saya ingat sebelumnya ketika hari-hari dipenuhi dengan kenangan keluarga, kebersamaan, makanan dan tradisi. Saya tidak tahu apakah akan tiba saatnya kenangan ini akan kembali menjadi bagian dari hidup saya, dan bukan sekadar perasaan dari masa lalu,” terangnya, dikutip The National.
“Saya dulu suka berbagi sahur dan saya berpikir tentang cara kami duduk-duduk, mengantuk, makan keju putih, minyak, dan thyme. Saya menyukai cara kami berkumpul untuk berbuka puasa, saat matahari terbenam, sedikit rewel karena lapar, membuat lelucon dan tertawa. Ibu saya menyiapkan jenis makanan dan hidangan yang kami sukai, tetapi dia selalu mengatakan dia tidak bisa menyelesaikan semuanya sebelum adzan. Ayah saya akan membawakan maarouk Ramadhan yang terkenal, roti manis, yang kami makan dengan teh setelah selesai berpuasa, dan kemudian kami semua berkumpul untuk menonton televisi bersama keluarga,” lanjutnya.