Bagian dari kampanye – yang menggunakan tagline “memiliki perasaan” – termasuk saluran bantuan telepon, teks, atau email khusus untuk anak muda yang sedang putus cinta, dijalankan oleh Youthline, sebuah organisasi yang didedikasikan untuk mendukung orang berusia 12 hingga 24 tahun. Youthline menerima sebagian dari USD4 juta (Rp61 miliar) untuk mendukung perluasan layanan saluran bantuan yang sudah ada.
“Ini adalah cara otentik untuk menginspirasi orang lain untuk membangun kekuatan, harga diri, dan ketahanan mereka sendiri,” ujarnya dalam pernyataan tersebut, mencatat pendekatan kampanye Love Better yang memanfaatkan media sosial dan menciptakan komunitas untuk mengatasi dampak putus cinta belum pernah dicoba sebelumnya.
“Selandia Baru memiliki statistik keluarga dan kekerasan seksual yang memalukan dan kami membutuhkan pendekatan inovatif untuk memutus siklus tersebut,” tambahnya.
“Kami tahu akan ada dampak yang sangat negatif dari perpisahan yang dilakukan secara buruk – baik pada tingkat pribadi maupun komunitas,” terang Kepala eksekutif Youthline Shae Ronald, menambahkan bahwa masalah hubungan adalah salah satu alasan utama kaum muda umumnya menghubungi saluran bantuan.
Menurut Kementerian Pembangunan Sosial, sebuah survei terhadap 1.200 anak muda Selandia Baru menemukan bahwa 68% telah mengalami sesuatu yang buruk ”di luar rasa sakit yang ‘normal’ karena putus cinta”.