Dia menambahkan bahwa kasus mereka telah diklasifikasikan sebagai "keracunan makanan yang disebabkan oleh ikan buntal".
"Faktanya, penyebab kematian diberikan sebagai 'keracunan makanan dengan manifestasi neurologis yang mengakibatkan gagal napas dengan disritmia jantung, kemungkinan karena toksin ciguatera atau konsumsi tetradotoxin' dari ikan buntal," katanya.
BACA JUGA:
Ling menambahkan bahwa belum ada laporan baru yang diterima terkait kasus tersebut dan semua ikan yang dijual pada tanggal tersebut telah diambil oleh Dinas Kesehatan Kabupaten (PKD) untuk dianalisis. Sebanyak 15 kilogram ikan buntal terjual ke empat pelanggan di Chamek dan Paloh, termasuk satu di Yong Peng pada hari itu.
"Selain pasangan itu, pelanggan lain belum memakan ikan buntal mereka," kata Ling seperti dikutip Malay Mail.
Menurut dia, penelusuran lebih lanjut menemukan ikan buntal segar tersebut diperoleh dari nelayan di Endau, Mersing sebelum dibawa oleh pedagang besar untuk diolah di Batu Pahat dan kemudian didistribusikan ke pelanggan berdasarkan pesanan.
“Saya ingin mengingatkan masyarakat Johor untuk berhati-hati dalam memilih makanan apalagi yang berisiko,” ujarnya.
Terlepas dari sifat ikan buntal yang beracun, ini adalah makanan lezat di beberapa negara dan wilayah di Asia, termasuk negara bagian Sarawak di Malaysia.
Pada tahun 2017, media lokal melaporkan bahwa Kementerian Kesehatan Malaysia sedang mempertimbangkan peraturan untuk membuat penjualan ikan buntal ilegal kecuali telah diamankan terlebih dahulu oleh "orang yang memenuhi syarat".
Menurut US Food and Drug Administration (FDA), ikan buntal mengandung racun tetrodotoxin dan saxitoxin yang mematikan yang dapat menyebabkan penyakit parah atau kematian. Badan kesehatan mengatakan bahwa racun tersebut tidak dapat dihancurkan dengan cara dimasak atau dibekukan.
(Rani Hardjanti)