Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Melihat Masjid Tertua di Malang Raya yang Dibangun oleh Pengikut Pangeran Diponegoro

Avirista Midaada , Jurnalis-Sabtu, 01 April 2023 |11:10 WIB
 Melihat Masjid Tertua di Malang Raya yang Dibangun oleh Pengikut Pangeran Diponegoro
Masjid Bungkuk (foto: MPI/Avirista)
A
A
A

MALANG - Perkembangan Islam di Malang Raya tak bisa dilepaskan dari masjid tertua yang berada di Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang ini. Masjid bernama Masjid At-Thohiriyah atau yang terkenal juga dengan sebutan Masjid Bungkuk, berada di Kelurahan Pagentan, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, disebut menjadi masjid tertua di Malang Raya yang dibangun oleh pengikut Pangeran Diponegoro.

Lokasi masjid berada di Jalan Bungkuk RT 4 RW 4 Kelurahan Pagentan, berada di antara perkampungan padat penduduk warga. Terlihat sekilas masjid ini tidak ada bedanya dengan masjid lain pada umumnya secara struktur bangunan luar. Hampir seluruh desain bangunan masjid sudah berubah dan didesain lebih modern, jauh dari kata masjid tua.

Memasuki bangunan inti masjid, sejumlah lukisan ukiran kaligrafi dengan keramik indah menghiasi masjid. Keanehan muncul ketika anda melihat empat tiang terbuat dari kayu, yang menopang di ruangan inti masjid, seolah terpisah dari bangunan inti masjid lainnya.

Empat tiang ini membentuk persegi dan dilapisi kayu jati dengan ukiran ayat-ayat kursi di atasnya. Tingginya sekitar lima meter menjulang dengan empat sisinya yang berkaitan. Bergeser ke bagian belakang makam masjid, terdapat kompleks pemakaman yang merupakan pendiri masjid.

Penasehat takmir Masjid At-Thohiriyah KH. Moensif Nachrowi mengatakan, masjid ini dibangun di awal abad 18 oleh seseorang bernama Kiai Hamimuddin. Ketika beliau membangun masjid, daerah sekitar masih merupakan hutan belantara dengan penduduk mayoritas beragama hindu.

"Kiai Hamimuddin ini adalah laskar dari Pangeran Diponegoro, seperti anda tahu Perang Diponegoro Belanda itu kalah, menang, kalah, menang, dan perang yang terakhir 1825, hingga akhirnya Pangeran Diponegoro ditangkap dibuang ke Makassar," ucap KH. Moensif Nachrowi ditemui di rumahnya tak jauh dari Masjid At-Thohiriyah.

Saat itu Kiai Hamimuddin yang kabur dari kejaran pasukan Belanda menetap di Singosari dan mulai menyebarkan agama Islam sesuai pesan dari Pangeran Diponegoro. Awalnya Hamimuddin disebut Moensif, hanya mendirikan gubuk kecil atau bisa dikatakan bangunan seperti rumah dengan sederhana untuk mengajar dan salat.

"Beliau bikin gubug kecil terbuat dari bambu, dari gedeg, dari daun-daunan kecil. Ini dibangun masuk abad 18. Kerajaan Singosari dibangun abad 12 punahnya abad 13. Jadi artinya sudah sekitar lima ratusan tahun (jarak pendirian masjid dengan runtuhnya Kerajaan Singosari)," terangnya.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement