Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Melihat Masjid Tertua di Malang Raya yang Dibangun oleh Pengikut Pangeran Diponegoro

Avirista Midaada , Jurnalis-Sabtu, 01 April 2023 |11:10 WIB
 Melihat Masjid Tertua di Malang Raya yang Dibangun oleh Pengikut Pangeran Diponegoro
Masjid Bungkuk (foto: MPI/Avirista)
A
A
A

Awal mula murid Hamimuddin hanya beberapa orang saja, namun dikatakan Moensif ketertarikan masyarakat sekitar Singosari kala itu kian tinggi. Penyebabnya karena agama Islam tidak mengenal kasta pemisah layaknya agama hindu yang dianut sebelumnya. Hal ini membuat bangunan gubug kecil itu tak lagi muat untuk menampung warga yang belajar agama Islam pada Kiai Hamimuddin.

Dari sanalah akhirnya Kiai Hamimuddin membangun masjid dengan lebih luas dan dari struktur bangunan yang permanen, bukan lagi memanfaatkan bambu dan daun-daunan. Struktur bangunan masjid pun diperkuat dengan batu bata dan kayu.

"Dibikinlah sebuah bangunan yang lebih semi permanen, sudah ada bata, ada kayu, ada genteng, karena sudah dimulai genteng itu, maka harus ada penyangga kuda-kuda dan ada empat tiang itu zamannya kyai Hamimuddin, ketika santri sudah mulai makin lama makin banyak," ungkapnya.

Hal itulah yang membuat bangunan masjid hingga kini masih menyisakan empat tiang yang seolah terpisah dari bangunan baru masjid. Empat tiang itu dipertahankan sebagai bagian dari konstruksi masjid tua yang dibangun oleh pengikut Pangeran Diponegoro.

Sementara istilah Masjid Bungkuk sendiri dikatakan Moensif, karena berdakwah agama Islam, Kiai Hamimuddin mengajar sejumlah ibadah seperti salat, mengaji, hingga bersujud. Dari Tara cara ibadah di salat yakni rukuk dan sujud inilah muncul kata Bungkuk.

Bungkuk sendiri berasal dari kata kerja bahasa Jawa yang berarti posisi tubuhnya agak ditekukkan ke depan. Cara ibadah inilah yang juga membuat masyarakat beragama hindu, kian tertarik dengan agama islam, selain karena tidak membeda-bedakan kasta ketika beribadah.

"Kiai Hamimuddin mengajar, di sana ngajar ngaji, ngajar salat, di sana wong bungkuk bungkuk. Iya nggak tahu aktivitas apa, tahunya gini wong bungkuk - bungkuk (rukuk - rukuk, rukun salat), yang rupanya sampai sekarang dilestarikan wilayah ini namanya wilayah Bungkuk," terangnya.

Istilah bungkuk pun kian populer digunakan masyarakat, dan terdengar dari mulut ke mulut. Agama Islam menyebar dengan cepat karena tidak memandang kasta, layaknya agama Hindu. Masyarakat Singosari saat itu menyebutnya bungkuk, agar mudah mengistilahkan ajaran agama baru yang dibawa oleh Kiai Hamimuddin.

"Ada aktivitas orang yang lelaki rukuk sujud itu yang diajarkan Kiai Hamimuddin. Dia sujud itu tahunya wong kok jadi gini, wong bungkuk bungkuk yang rupanya sampai sekarang dilestarikan wilayah ini namanya wilayah Bungkuk," paparnya.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement