JAKARTA - Ateisme di dunia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada 2013 sekitar 8 persen populasi di kawasan Timur Tengah mengaku ateis. Pada tahun 2019 tren ini meningkat jadi 13 persen.
Muhammadiyah menilai, fenomena itu menandakan kelompok dakwah Islam tidak hadir membawa solusi atas keresahan teologis anak-anak muda.
BACA JUGA:
“Temuan-temuan ini mengkonfirmasi Kehebohan di dunia medsos pada tahun 2021 ketika Walid al Huseini mengaku Tuhan, tetapi ini sebagai satire dan mempropagandakan ateisme di Timur Tengah,” ujar Ketua Umum Persyarikatan Muhammadiyah Haedar Nashir menyebut dalam laman resmi Muhammadiyah, dikutip Kamis (6/5/2023).
BACA JUGA:
Pada tahun 2002, di Indonsia sendiri ada sekitar 1 persen dari populasi Tanah Air mengaku ateis. Tren ateisme ini semakin meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan, pada saat yang bersamaan, berkat dukungan internet tren puritanisme juga kembali naik daun.
Haedar menegaskan, Islam perlu memenuhi kehausan spiritual tersebut. Sehingga, Muhammadiyah tantangan menghadirkan nilai-nilai ajaran agama yang mencerahkan kehidupan.
“Apa yang diperlukan oleh kita ialah bagaimana bisa beradaptasi dengan manusia yang pada dasarnya sudah berjiwa agama. Kalau kita ingin dakwah dengan agama yang mencerahkan, hadirkan agama itu bisa kompatibel dengan fitrahnya,” tegasnya.
Islam, kata dia, perlu kembali membangun spiritualitasnya. Namun, tidak hanya di masjid-masjid, melainkan di berbagai tempat termasuk pasar hingga Mall.
“Jadi, ketika kita sekarang misalkan memakmurkan masjid, bagus, tapi pada saat yang sama spiritualitas Islam juga perlu hadir di pasar, di mall, di berbagai tempat, bahkan di tempat-tempat orang gelisah dan terpinggirkan," ungkap dia.
"Bahkan pula kalau bisa di tempat-tempat para penguasa bersemayam, agama yang tengahan mesti hadir,” tambah dia.
(Widi Agustian)