Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Kisah Bung Karno Dibuang ke Bengkulu, Terima Tunjangan Bulanan Malah Dibuat Kredit Piano

Solichan Arif , Jurnalis-Senin, 10 April 2023 |05:49 WIB
Kisah Bung Karno Dibuang ke Bengkulu, Terima Tunjangan Bulanan Malah Dibuat Kredit Piano
Bung Karno (Foto: Dok Istimewa)
A
A
A

BLITAR - Soekarno atau Bung Karno ditangkap pemerintah kolonial Belanda dan karena dianggap berbahaya, dibuang ke Bengkulu.

Pada Maret 1938, Bung Karno dan istrinya, Inggit Garnasih tiba di Kota Bengkulu untuk menjalani hukuman pengasingan.

Kolonial Belanda memperlakukan Bung Karno dengan baik. Ia ditempatkan di sebuah rumah yang layak, kecuali ke luar Kota Bengkulu, Bung Karno harus minta izin. Bung Besar bebas ke mana pun yang ia suka.

Ia tidak dilarang menjalin hubungan dengan komunitas yang bergerak di bidang dakwah Islam, khususnya para aktivis Muhammadiyah. Bahkan sebagai orang buangan, Soekarno juga mendapat jatah bulanan dari pemerintah kolonial Belanda.

Tunjangan rutin bulanan itu diurus oleh Aspiran Kontelir BB di Bengkulu, Dr L.G.M Jacquet.

“Salah satu tugas Aspiran Kontelir Jacquet ialah membayarkan tunjangan bulanan (maandelijkse toelage) kepada Ir. Soekarno yang berjumlah 150 gulden,” demikian dikutip dari buku Musim Berganti (1985).

Pada tahun 1938, ibu kota karesidenan Bengkulu berpenduduk 90.000 orang Indonesia dan 300 orang Belanda. Gaji bulanan yang diterima Dr L.G.M Jacquet sebagai pejabat HPB (hoofd plaatselijk bestuur), sebesar 275 gulden.

Namun karena masa krisis dan pemerintah harus berhemat, gaji dipotong 20 persen atau menjadi 220 gulden. Yang diterima setelah dikurangi pajak dan premi pensiun dan lain-lain, hanya 183 gulden.

Jumlah yang sedikit lebih besar dari jatah rutin yang diterima Bung Karno setiap bulan. Di Bengkulu Soekarno dikenal sebagai tokoh pergerakan yang mencintai seni.

Meski berstatus sebagai orang buangan, kecintaannya pada seni tak padam. Suatu ketika Soekarno berminat dengan alat musik piano yang sedang dilelang. Bung Karno mengajukan penawaran kredit.

Sebagai pejabat bestuur, Jacquet tahu betul kondisi keuangan Soekarno. Ia juga tahu suami Inggit itu memiliki banyak utang. “Khususnya utang beli buku”. Karena itu Jacquet kurang berminat meluluskan kredit yang diminta Soekarno.

Ia tahu keuangan utama Soekarno hanya bersumber dari tunjangan bulanan yang diberikan pemerintah kolonial Belanda. Namun karena pertimbangan politik, dengan terpaksa Jacquet memenuhi permintaan Soekarno.

Kredit diberikan dan untungnya kekurangan bisa dilunasi. Versi lain menyebut piano itu dibeli oleh Manap Sofianto, primadona tonil (sandiwara) bentukan Soekarno di Bengkulu.

Manap membeli di pelelangan dengan mengutang. Kepada Vendumeester (pelelang), ia mengatakan yang menjamin utang adalah Soekarno dan disetujui.

“Jika tuan sahabat Soekarno, ya boleh,” kata Vendumeester.

Sesuai surat perjanjian yang dibuat, Manap akan mengangsur kepada Soekarno, namun kewajiban itu tidak bisa dipenuhi.

Lebih dari tiga bulan Bung Karno akhirnya selesai melunasi utang pembelian piano sebesar 60 gulden. Cerita soal piano itu diceritakan Bung Karno kepada Cindy Adams saat menulis Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.

(Fakhrizal Fakhri )

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement