Perdana Menteri (PM) Persatuan NUG Mahn Winn Khine Thann mengatakan di Twitter bahwa dia sangat menyesali dan beduka atas insiden pembantaian itu.
Seperti diketahui, ribuan orang telah tewas di seluruh Myanmar sejak militer merebut kekuasaan dalam kudeta pada Februari 2021.
Junta menggulingkan pemimpin yang terpilih secara demokratis Aung San Suu Kyi, yang kemudian dijatuhi hukuman 33 tahun penjara selama persidangan rahasia. Junta juga telah menindak protes anti-kudeta, menangkap jurnalis dan tahanan politik, dan mengeksekusi beberapa aktivis pro-demokrasi terkemuka. Hal ini langsung menuai kecaman dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan kelompok hak asasi manusia (HAM).
Dua tahun berlalu, negara Asia Tenggara itu diguncang oleh kekerasan dan ketidakstabilan. Perekonomian telah runtuh, dengan kekurangan makanan, bahan bakar, dan persediaan dasar lainnya.
Terkait hal ini, Amerika Serikat (AS) pada bulan lalu menempatkan serangkaian sanksi baru pada dua orang yang diduga memiliki hubungan dengan militer dan tiga bisnis milik mereka.
(Susi Susanti)