SUDAN - Perebutan kekuasaan antara tentara Sudan dan pasukan paramiliter telah mengguncang negara itu, dengan 27 dilaporkan tewas dan hampir 200 terluka.
Warga menghindari tembakan di ibu kota, Khartoum, saat pasukan lawan memperebutkan istana kepresidenan, TV negara, dan markas tentara.
Bentrokan meletus setelah ketegangan atas usulan transisi ke pemerintahan sipil.
Dikutip BBC, baik tentara maupun lawannya, Pasukan Pendukung Cepat (RSF), mengklaim bahwa mereka menguasai bandara dan lokasi penting lainnya di Khartoum, tempat pertempuran berlanjut semalaman.
Kekerasan juga dilaporkan terjadi di tempat lain di negara itu, termasuk di kota-kota di wilayah Darfur.
Tentara mengatakan jet menghantam pangkalan RSF, dan angkatan udara negara itu mengatakan kepada orang-orang untuk tetap di rumah mereka pada Sabtu (15/4/2023)vmalam saat melakukan survei udara penuh terhadap aktivitas paramiliter.
Serikat dokter Sudan mengatakan sedikitnya 27 orang tewas dan hampir 200 orang terluka dalam kekerasan itu.
Tidak diketahui berapa banyak warga sipil yang menjadi korban. Sebelumnya, serikat pekerja mengatakan tiga warga sipil telah dipastikan tewas.
Seperti diketahui, pertempuran terjadi antara unit-unit tentara yang setia kepada pemimpin de facto, Jenderal Abdel Fattah al-Burhan, dan RSF, yang dipimpin oleh Wakil pemimpin Sudan, Mohamed Hamdan Dagalo yang juga dikenal sebagai Hemedti.
Jenderal Dagalo mengatakan pasukannya akan terus berperang sampai semua pangkalan militer direbut.
Sebagai tanggapan, angkatan bersenjata Sudan mengesampingkan negosiasi "sampai RSF paramiliter dibubarkan".
Jenderal menjalankan Sudan melalui Dewan Berdaulat. Jenderal Burhan adalah presidennya, sedangkan Hemedti adalah wakil presidennya.
(Susi Susanti)