Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Mengenal KH Noer Ali Sang Singa Karawang-Bekasi Bertempur Lawan Pasukan Inggris

Fakhrizal Fakhri , Jurnalis-Senin, 24 April 2023 |09:00 WIB
Mengenal KH Noer Ali Sang Singa Karawang-Bekasi Bertempur Lawan Pasukan Inggris
KH Noer Ali Sang Singa Karawang-Bekasi (Foto: Dok Okezone)
A
A
A

JAKARTA - KH Noer Ali merupakan Pahlawan Nasional yang mendapat gelar sejak 2006 itu begitu disegani masyarakat Bekasi dan menjadi panutan bagi masyarakat.

Dia dijuluki Singa Karawang-Bekasi dan disegani mulai dari masyarakat biasa hingga pejabat di masa itu.

Dilansir dari kh-noeralie.info dalam biografi KH Noer Alie Pahlawan Nasional yang ditulis oleh Ali Anwar, KH Noer Ali lahir pada 1914 di Desa Ujungharapan Bahagia, Babelan, Kabupaten Bekasi. Dia putra keempat dari sepuluh bersaudara pasangan Anwar bin Layu dan Maimunah binti Tarbin.

Ayahnya adalah seorang petani dari kelas menengah, sedangkan ibunya adalah ibu rumah tangga. Sejak kecil, KH Noer Ali memang taat beragama. Di usia 8 tahun, beliau telah menghafal banyak surat Alquran dan membaca bahasa Arab.

Lalu memasuki usia remaja, KH Noer Ali hijrah ke Kampung Cipinang Muara, Klender untuk memperdalam ilmu dari Guru Marzuqi. Saking tekunnya, Guru Marzuqi sampai mempercayai Noer Ali untuk mengajari adik-adiknya.

Pada 1934, tepat di usia yang menginjak 20-an, KH Noer Ali berkesempatan pergi ke Tanah Suci untuk beribadah haji sekaligus lebih memperdalam lagi ilmu-ilmu agama. KH Noer Ali mendapat banyak pengajaran dari tokoh-tokoh besar, seperti Syekh Umar Hamdan, Syekh Ahmad Fatoni, hingga Syekh Muhammad Amin al-Quthbi.

Selain itu, KH Noer Ali juga belajar politik Islam. Ia aktif dalam organisasi Persatuan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) dan mengetuai Persatuan Pelajar Betawi (PBB) Almanhajul Khoiri. Usai menekuni ilmu keagamaan di Mekkah, Noer Ali kembali ke Tanah Air pada awal 1940-an. Ia mendirikan Pesantren At-Taqwa di kampung halamannya, yang menjadi tempat untuk menyebarkan ilmu-ilmu agama.

Pada 1945, KH Noer Ali juga membentuk Laskar Rakyat yang menghimpun 200 pemuda untuk menumbuhkan tekad mereka dalam melawan penjajah. Para pemuda itu datang dari kalangan santri dan pemuda di sekitar Babelan, Tarumajaya, Cilincing, dan Muara Gembong.

Mereka dilatih dasar-dasar kemiliteran oleh Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Bekasi dan Jatinegara. Para pemuda itu juga dilatih secara mental dan rohani dengan berpuasa selama tujuh hari di Masjid Ujungmalang.

Perjuangan KH Noer Ali terekam dalam peristiwa yang terjadi pada 29 November 1945. Pasukan Inggris melakukan agresi militer ke wilayah Bekasi. Karena jumlah perwira kolonial sudah menipis, mereka hendak kembali ke Jakarta. Namun, mereka diadang oleh pendekar Bekasi di bawah komando Noer Ali dan Kapten Madmuin Hasibuan.

Serangan tersebut membuat sekutu terpukul mundur dan mengatur pertahanan ulang. Ketika pada akhirnya Inggris berhasil memantapkan serangan balik, mereka melayangkan peluru-peluru mortar dan meriam. Pasukan KH Noer Ali banyak yang berguguran.

Peristiwa tersebut pun dikenal sebagai Pertempuran Sasak Kapuk, karena memang terjadi di sekitaran Jembatan Sasak Kapuk, Pondok Ungu. KH Noer Ali pernah menduduki posisi Ketua Masyumi Cabang Jatinegara pada 19 April 1950.

Ia juga aktif dalam bidang pendidikan dengan menggagas berdirinya Lembaga Pendidikan Islam ((LPI) sekaligus mendirikan Sekolah Rakyat Islam (SRI) di Jakarta dan Jawa Barat.

KH Noer Ali juga mendirikan banyak sekolah madrasah setingkat SMP dan SMA, hingga sekolah khusus muslimah.

KH Noer Ali wafat pada 29 Januari 1992. Jasadnya dikebumikan di Pondok Pesantren Attaqwa Puteri, Ujungharapan Bahagia, Babelan Bekasi.

(Fakhrizal Fakhri )

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement