MALANG - Kemegahan Masjid Agung Al Hidayah Malang memang identik dengan bangunan Hagia Sophia di Turki. Pembangunan masjid di Dusun Donowarih, Desa Karangan, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang itu tak mudah dan dibangun begitu saja.
Selain memerlukan waktu setidaknya sepuluh tahun renovasi, biaya yang diperlukan pun tak sedikit. Miliaran rupiah dana dibutuhkan untuk membangun masjid yang awalnya didirikan oleh keturunan Sunan Kalijaga Kiai Ismail bin Arif atau yang dikenal Romo KH. Ismail, sebelum kemerdekaan Republik Indonesia.
Sekretaris Masjid Agung Al Hidayah Anas Firdaus mengungkapkan, sejak 2008 hingga selesai pada 2018 atau pengerjaan selama sekitar sepuluh tahun, setidaknya menghabiskan dana mencapai Rp 6 miliar.
"Mulai 2008 dibangun, dana murni dari masyarakat sendiri. Dana habis berapa, Insya Allah lebih dari Rp 6 miliar," ungkap Anas.
Dana tersebut disebutnya hanya kisaran yang tercatat pasti, sedangkan beberapa bantuan yang tidak tercatat yang nominalnya belum diketahui disebutnya masih ada.
"Dana itu belum termasuk orang - orang yang sodaqoh, naruh sementara, naruh yang lainnya, tanpa tercatat. Itu belum masuk di pembukuan," ungkapnya.
Namun Anas memastikan dana pembangunan Masjid Agung Al Hidayah yang menyerupai Hagia Sophia ini murni dari dana sumbangan dan inisiasi warga, dan tidak ada sepeser pun dari kas negara, apalagi disumbang APBD.
"Untuk pendirian masjid ini murni dananya dari masyarakat. Dan kita sudah pembangunannya kurang lebih memakan waktu hampir 10 tahun. Murni dana dari masyarakat," tambahnya.
Meski sudah tampak megah, pengelola yayasan masih akan kembali mempercantik bangunan Masjid Agung Al Hidayah, salah satunya dengan membangun dua menara kembar di utara dan sisi selatan masjid. Menara setinggi 45 meter ini rencananya bakal menjadi ikon masjid, yang berdiri simetris dengan kubah masjid seluas 20 x 30 meter persegi ini.
"Karena menara itu salah satu dari ikon masjid adalah menaranya ada dua, satu di selatan, satu di sebelah utara. Kalau untuk filosofi tingginya nggak ada, tinggi 45 meter ini disesuaikan dengan ketinggian kubah sama tinggi menara itu harus lurus simetris, gitu aja filosofinya nggak ada," bebernya.