ELIZABETH Angela Marguerite Bowes-Lyon atau dikenal dengan Elizabeth Bowes-Lyon merupakan istri dari Raja George VI serta ibu dari Ratu Elizabeth II dan Putri Margaret. Ia menjadi Permaisuri Kerajaan dan Segenap Daulat Inggris Raya semenjak suaminya naik takhta pada tahun 1936.
Setelah Raja George VI meninggal dunia, anak pertamanya naik meneruskan kepemimpinan sang ayah dan menjadi Ratu Elizabeth II. Karena memiliki nama yang sama dengan Ratu Elizabeth II dan supaya tidak keliru, maka sejak itu ia dipanggil dengan sebutan Ibu Suri Elizabeth atau Queen Elizabeth The Queen Mother.
Ibu Suri dihormati sebagai suri teladan dalam membina rumah tangga dan melayani masyarakat. Ia dikagumi oleh banyak orang karena wajahnya yang selalu tampak berseri-seri.
Sepanjang ia menjadi istri raja, ia banyak membantu Raja George VI dalam mengelola kerajaan. Tidak hanya itu, Ibu Suri juga membantu suaminya menjadi seorang raja yang percaya diri dan berani di tengah pecahnya Perang Dunia II.
Berikut beberapa fakta mengenai Queen Elizabeth The Queen Mother:
1. Mendapat Julukan ‘Wanita Paling Berbahaya di Eropa’
Pada saat Perang Dunia II, ia memperoleh julukan dari Ketua Partai Nazi Adolf Hitler sebagai ‘Wanita Paling Berbahaya di Eropa’. Julukan ini datang karena pada Perang Dunia II, Ibu Suri Elizabeth menjadi pendukung setia suaminya, Raja George VI, yang lemah secara psikis dan memiliki gangguan gagap saat berbicara di depan publik.
Untuk mengatasi hal tersebut, Ibu Suri mendatangkan seorang terapis bahasa, pengajar pidato, dan aktor dari Australia bernama Lionel George Logue.
Ia menjadikan Raja George VI pemimpin yang tegas dalam perannya sebagai pilar negara. Bukan hanya itu, Ibu Suri juga menjadi tiang moral bagi warga Inggris karena dirinya lantang bersuara dan berani. Itulah yang membuat Hitler menganggapnya sebagai wanita berbahaya di Eropa saat terjadinya Perang Dunia II.
2. Tidak Mau Meninggalkan Negerinya
Sejak awal pecahnya Perang Dunia II pada 1939, ia disarankan untuk mengungsi bersama kedua anaknya. Namun, ia menolak keluar dari negaranya.
Saat itu, ia mengatakan bahwa anak-anaknya tidak akan pergi tanpa dirinya. Sedangkan ia tidak akan meninggalkan Raja dan Raja tidak akan pernah pergi.
Pada September 1940, Jerman menjatuhkan sejumlah peledak di bagian timur Istana Buckingham, setelah beberapa hari sebelumnya bom jatuh di halaman Istana Buckingham. Raja George VI dan Ibu Suri, yang saat itu sedang minum teh, dikejutkan dengan suara ledakan dan reruntuhan dari sisi timur istana.
Bom yang dijatuhkan Jerman itu mengakibatkan hancurnya gerbang istana, kapel, dan wilayah sekitar Monumen Ratu Victoria.
Ketika itu, Ibu Suri tak gentar sedikit pun. Bahkan, ia tampak tenang sembari mengatakan, ia senang lantaran bom tersebut telah membuat ia dan sang Raja bisa melihat rakyat yang tinggal di London timur dan merasakan penderitaan mereka yang terdampak akibat perang.
3. Senyuman yang Berseri
Meskipun dijuluki sebagai wanita paling berbahaya di Eropa, Ibu Suri dicintai oleh rakyatnya karena selalu menampilkan senyum yang berseri-seri kepada publik. Selain senyumnya, penampilannya juga selalu tepat di setiap situasi dan acara. Bahkan, di masa perang, ia tidak menampilkan dirinya dalam balutan kemewahan.
Alasan ia selalu tersenyum dan menjaga penampilannya adalah sebagai seorang ratu ia harus menjaga keseimbangan antara ‘menjadi dekat dengan rakyat’ dan ‘berwibawa’. Di samping itu, Ibu Suri banyak mendapatkan cinta dari rakyatnya juga karena kontribusinya untuk Inggris selama menjadi ratu.
Diolah dari sumber/Meuthia Hamidah-Litbang
(Arief Setyadi )