Para saintis mendasarkan penelitian mereka pada 489 kajian populasi semut di semua benua tempat semut hidup.
Schultheiss menjelaskan data yang dipakai merepresentasikan upaya pengambilan data yang dilakukan oleh ribuan saintis. Dari sini, Schultheiss dan timnya bisa menghitung jumlah semut di berbagai kawasan di dunia, memperkirakan total biomassa dan jumlah semut secara global.
Semut paling banyak ditemukan di kawasan tropis.
"Ada tempat-tempat di dunia di mana kami kesulitan mendapatkan data dan karenanya tidak bisa menghasilkan estimasi jumlah yang akurat. Afrika misalnya. Sejak lama kami tahu ada banyak semut di benua ini namun kajian soal jumlah semut di sana sangat minim," kata Schultheiss.
Semut biasanya hidup dalam koloni, kadang mencapai jumlah beberapa juta. Serangga ini dibagi berdasarkan peran, misalnya pekerja, tentara, dan ratu.
Semut pekerja, semuanya betina, bertanggung jawab atas kelangsungan hidup ratu dan anak-anaknya. Juga merawat sarang dan mencari makanan.
Semut jantan kawin dengan ratu dan kemudian mati.
"Semut kadang menjengkelkan, tetapi penilaian itu dari sudut pandang manusia," kata Schultheiss.
"Sebagian besar semut sangat bermanfaat, bahkan bagi manusia ... bayangkan saja jumlah benda organik yang diangkut, dipindahkan, didaur ulang, dan diproses oleh 20 kuadrilun semut ... serangga ini memastikan proses biologi berlangsung lancar," imbuhnya.
Pendek kata, semut adalah insinyur lingkungan. Mungkin juga layak menyandang gelar "pahlawan lingkungan yang tak dikenal".
(Nanda Aria)